Publisher ID: pub-5956747228423723 Publisher ID: pub-5956747228423723

Monday 12 January 2015

Strategi ternak sapi

A.Strategi pada Subsistem Hulu
Strategi yang dilakukan pada subsistem
hulu adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan bibit sapi lokal (PO,
Bali, dll), terutama pejantan unggul
hasil seleksi dan konservasi di daerah
sumber bibit (2006-2010).
b. Perbaikan teknologi reproduksi dan
bibit sapi untuk peningkatan mutu
genetik (genetic improvement ) melalui
seleksi, pembentukan ternak komposit
maupun up grading yang dapat
dilakukan dengan perkawinan alam
maupun inseminasi buatan (2006-2010).
c. Sistem perbibitan yang murah dan
efisien, terintegrasi dengan
perkebunan, tanaman pangan dan
memanfaatkan sumber pakan lokal
(2006-2010).
d. Memantapkan kelembagaan sistem
perbibitan sapi nasional (2006-2007).
e. Pemanfaatan biomas lokal, limbah
pertanian dan agroindustri sebagai
sumber pakan (2006-2010).
f. Membangun pabrik pakan skala kecil
dan menengah dengan memanfaatkan
bahan baku lokal dan inovasi teknologi
(2006-2010).
g. Mengembangkan obat tradisional dan
vaksin lokal (2006-2010).
h. Membangun sarana dan prasarana
seperti laboratorium keswan, pasar
hewan, sumber air untuk
B. Strategi pada Subsistem Usahatani (on
Farm )
a. Memberdayakan peternakan rakyat
dengan membentuk kelompok besar dan
pemberian kredit dengan bunga rendah
6 persen per tahun (2006-2010).
b. Mengembangkan peternakan yang
efisien, terintegrasi dengan perkebunan
berskala besar dan memberi
kemudahan bagi investor swasta, serta
melibatkan rakyat dengan pola inti-
plasma (2006-2010).
c. Mengembangkan feedlotter terintegrasi
dengan perkebunan dan ketersediaan
sumber pakan lokal, sehingga biaya
pakan murah dan sumber bakalan lebih
terjamin ketersediaannya.Keadaan ini
akan terwujud apabila model integrasi
ternakperkebunan telah berkembang
(2006-2010).
d. Meningkatkan produktivitas ternak
melalui; (i) perbaikan manajemen, (ii)
mempercepat umur (waktu) beranak
pertama dari 42-50 bulan menjadi
26-36 bulan melalui perbaikan dan
jaminan ketersediaan pakan sepanjang
tahun,(iii) memperpendek jarak beranak
dari 24-36 bulan menjadi 12-18 bulan
melalui perbaikan pakan dan
ketersediaan pejantan unggul baik
dengan kawin alam maupun inseminasi
buatan, (iv) menekan angka kematian
sebesar 50 persen melalui perbaikan
manajemen dan penggunaan obat-
obatan tradisional dan vaksin lokal
yang sesuai (2006-2010).
e. Mempercepat pertambahan bobot badan
ternak dan meningkatkan kualitas sapi
potong dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal, terutama yang
berasal dari limbah pertanian,
perkebunan dan agroindustri
(2006-2010).
f. Memberi kemudahan bagi swasta untuk
penyediaan sapi betina komersial
(impor) dalam upaya meningkatkan
populasi induk produktif (2006-2007)
g. Mempercepat penyediaan sapi pejantan
lokal untuk menjamin kebutuhan
pejantan pada sistem perkawinan alami
maupun IB (2006
C.Strategi pada Subsistem Hilir
a. Memfasilitasi tersedianya RPH skala
kecil dan menengah yang memiliki
fasilitas pendingin (cold storage)
memadai untuk penyimpanan daging
segar/beku yang tidak terserap pasar
(2006-2010).
b. Meningkatkan efisiensi, higienis dan
daya saing dalam pengolahan daging,
jerohan dan kulit disesuaikan dengan
permintaan/ keinginan konsumen
(2006-2010).
c. Mengembangkan diversifikasi produk
olahan daging oleh pihak swasta
(2007-2010).
d. Pengembangan industri kompos dan
meningkatkan mutu pengolahan limbah
dan kotoran lainnya sehingga
mempunyai nilai tambah lebih
(melibatkan rakyat dan swasta)
(2006-2010).
e. Pengembangan pembuatan biogas
sebagai sumber energi lokal yang
berkelanjutan bagi keperluan bahan
bakar keluarga (2006-2010).
D. Strategi pada Subsistem Perdagangan
Dan Pemasaran
a. Peningkatan efisiensi pemasaran ternak
sapi dan hasil ikutannya melalui usaha
pemasaran bersama dan melakukan
pemendekan rantai pemasaran. Oleh
karena itu kelembagaan kelompok
petani-ternak dan sistem pemeliharaan
kelompok perlu diperkuat/
dikembangkan (2006-2010).
b. Fasilitas transportasi untuk mendukung
pemasaran ternak antar daerah atau
antar pulau perlu dikembangkan/
ditingkatkan (2006-2010).
c. Mengembangkan pola usaha peternakan
yang mendekati pasar dengan sistem/
pola inti-plasma yang dimodifikasi agar
lebih berpihak kepada peternak rakyat
(2006-2010).
d. Promosi dan positioning product bahwa
daging sapi lokal merupakan produk
organic farming (2006 – 2010).
E. Strategi pada Subsistem Penunjang dan
Kebijakan
1. Kebijakan teknis :
a. Mengembangkan agribisnis sapi pola
integrasi tanamanternak berskala besar
dengan pendekatan LEISA dan
zerowaste , terutama di perkebunan.
b. Mengembangkan dan memanfaatan sapi
lokal unggul sebagai bibit melalui
pelestarian, seleksi dan persilangan
dengan sapi introduksi.
c. Mengevaluasi kelayakan penerapan
persilangan, teknologi IB,
pengembangan BIB Daerah, teknologi
embrio transfer secara selektif.
d. Memanfaatkan teknologi veteriner
untuk menekan angka kematian sapi
e. Mengembangkan dan memanfaatkan
produksi biogas dan kompos secara
masal untuk memperoleh nilai tambah
ekonomis bagi peternak.
f. Pengembangan SNI produk kompos.
2. Kebijakan regulasi :
a. Mencegah terjadinya pemotongan
hewan betina produktif dan ternak
muda dengan ukuran kecil yang
jumlahnya masih sangat tinggi. Hal ini
dapat dilakukan dengan menerapkan
peraturan yang berlaku melalui
pendekatan sosial-budaya masyarakat
setempat.
b. Melarang ekspor sapi betina produktif,
terutama sapi lokal yang sudah terbukti
keunggulannya (terutama sapi Bali),
karena selain memicu terjadinya
pengurasan sapi di dalam negeri juga
ekspor bibit sapi tersebut akan memberi
kesempatan negara pengimpor untuk
mengembangkan plasma nutfah
Indonesia dan menjadi kompetitor
produsen sapi di kemudian hari.
c. Mencegah dan melarang masuknya
daging dari negara yang belum bebas
penyakit berbahaya, terutama PMK, BSE
dan penyakit lainnya sesuai anjuran
OIE, serta memberantas masuknya
daging illegal yang tidak ASUH.
III.KESIMPULAN
`    1 .Laju pertambahan penduduk   yang
semakin meningkat,
mempengaruhi akan
meningkatnya permintaan daging
sapi secara Nasional.
2. Produksi sapi bakalan belum mampu
memenuhi kebutuhan dalam
negeri,sehingga Volume import sapi
bakalan dan daging sapi tahun
2005-2009 masih relatif tinggi dan
berfluktuatif,karena usaha
peternakan sapi masih didominasi
oleh peternakan rakyat.
3. Kinerja Agribisnis Sapi Potong di
Indonesia masih rendah,sehingga
diperlukan strategi untuk
mempercepat agribisnis sapi potong
melalui sistem pembibitan yang
baik,efektif dan efisien.
4.- Strategi dan Implementasi agribisnis
sapi potong ditempuh melalui
program pemerintah dengan
menerapkan sistem agribisnis
mulai dari Hulu,Hilir, perdagangan
dan pemasaran serta unsur
penunjang lainnya.

No comments:

Post a Comment