Menanggapi berita tentang gugatan PMI yang notabenenya merupakan beberapa Alumni Saint Marry’s University . Kemarin, pada tanggal 1 November 2015, jam 01.00 – jam 03.00 di Kantor Operator Program Sheung Wan, Hongkong. Pihak kampus dengan dihadiri 140 mahasiswa telahpun melakukan klarifikasi antara lain berkenaan keaslian transkrip yang diterima oleh mahasiswa dan penjelasan kampus beroperasi secara resmi .
“Saint Mary’s University Hong Kong kampus adalah Non Local Program yang dibuka di Hong Kong oleh KCP Holdings sebagai operator pelaksana program. Program yang dibuka adalah Bachelor of Science in Entrepreneurial Management. Dimana kampus induk Saint Mary’s University berpusat di Nueva Vizcaya, Philippine. Ijazah dan Transcriptnya dikeluarkan langsung oleh kampus induk yang berada di Philippine, tetapi kampus induk memberikan kewenangan kepada Program atau Course Operator untuk dapat mengeluarkan transkrip sementara, sebelum official transcriptnya di proses.” Ujar Bapak Fajar Kurniawan, selaku Dosen kami dari Indonesia.
Tanggapan senada juga diutarakan Mr. Angel T.Ramos selaku Pendiri KCP Holding.
Menurut beliau, Program ini telah berjalan sejak tahun 2005, sekitar 10 tahun yang lalu dan telah meluluskan 544 sarjana (Bachelor of Science in Entrepreneurial Management).
Para Mahasiswanya terdiri dari beragam kewarganegaraan, antara lain dari Philippine, Nigeria, Hong Kong, Nepal dan Indonesia. Mereka memiliki beragam latar belakang, mulai dari professional worker, mahasiswa murni sampai kepada
Domestic Helper (PMI ).
Program untuk Indonesia dibuka pada tahun 2009, sebagai jawaban terhadap permintaan dan peluang yang ada, dan tentunya berdasarkan arahan dari kampus induk di Philippine. Program ini adalah program khusus, karena sebagian besar pesertanya adalah Domestic Helper atau Pekerja Migran Indonesia (PMI). Bahkan kampus induk memberikan perlakukan khusus dengan memberikan discount sampai 40% dari SPP mahasiswa regular. President Saint Mary’s University mengapresiasi program ini sebagai bentuk social services bagi kaum minoritas khususnya pekerja migran yang memiliki keinginan kuat untuk menyelesaikan studinya di Hong Kong.
Adanya pertanyaan, apakah Saint Mary’s University yang berada di Hong Kong diakui oleh Saint Mary’s University yang berada di Philippine bahkan oleh Commision on Higher Education (CHED) Republic of the Philippines ?
Semoga tulisan ini menjadi jawaban kepada keragu- raguan sahabat terhadap kampus dimana saya terdaftar sebagai mahasiswanya angkatan ke 5.
Program khusus bagi Pekerja Migran Indonesia ini memperoleh apresiasi positif dari Congregatio Immaculaty Cordis Mariae (CICM). Terbukti bulan Januari 2014,dimana 89 orang mahasiswa Indonesia di wisuda langsung oleh Director of Region Commision on Higher Education (CHED) Republic of the Philippines.
Menurut Pihak kampus lagi, setiap pelaksanaan wisuda di Hong Kong yang melakukan prosesi wisuda bukan operator program, melainkan jajaran civitas akademika Saint Mary’s University dari Philippine, mulai dari President (Rektor), Vice President (Wakil Rektor) sampai Dean (Dekan) ikut bahkan mewisuda secara langsung.
Program ini juga memperoleh dukungan positif dari Pemerintah Republik Indonesia, bahkan setiap kali pelaksanaan wisuda, pihak Saint Marry’s University selalu mengundang Konsul dari berbagai negara yang kebetulan warga negaranya ada yang menyelesaikan studi mereka di Saint Mary’s University Hong Kong Campus.
“Pada pelaksanaan wisuda September tahun 2011, kami mengundang Konsulat Jenderal Republik Indonesia Hong Kong, Konsulat Jenderal Nigeria, Konsulat Jenderal Repulic of Philippine. Konsul Perwakilan hadir dalam acara tersebut dan termasuk dari pihak KJRI hadir, yang diwakilkan oleh Konsul Muda Penerangan dan Sosial Budaya. Respon yang diberikan dari KJRI Hong Kong sangat positif. Begitu juga acara wisuda pada januari 2013, dihadiri oleh Atase Pendidikan Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok (Kedutaan Besar Republik Indonesia di China). Respon yang diberikan kepada kami juga sangat positif dan mengapresiasi berjalannya program tersebut.” Tegas Bapak Fajar.
Sebelumnya, dukungan positif juga bukan hanya diberikan oleh pihak pemerintah, tetapi juga oleh media lokal di Hong Kong terhadap program yang Saint Marry’s jalankan . South China Morning Post, Tribuna De Macao, China Daily dan Sharp Daily pernah memberikan liputan khusus untuk kegiatan kampus kami.
Degrees of Change. South China Morning Post, Friday, 7 Maret 2014
“Sonhos “Contruidos” nos dias de folga, Journal Tribuna de Macao
Kami juga memperoleh perhatian dan diliput oleh Apple Daily Hong Kong, dimana liputannya dapat dilihat di :
http://hk.apple.nextmedia.com/news/art/20140203/18613407 . Tidak hanya itu saja, bahkan UB Magezine dari mahasiswa the Chinese University of Hong Kong,juga pernah meliput secara langsung kegiatan kami, :http://ubeat.com.cuhk.edu.hk/%e5%a4%96%e5%82%ad%e8%ae%80%e5%a4%a7%e5%ad%b8
Menurut Bapak Fajar, beliau tidak menyangka bahwa program ini memberikan dampak positif bagi Pekerja Migran Indonesia yang berberbeda dengan pekerja migran dari Philippine yang setelah mereka menyelesaikan program, pekerja migran tersebut akan tetap tinggal di Hong Kong, bahkan pindah ke US dan Canada. Sedangkan, Pekerja Migran Indonesia sebagian besar kembali ke tanah air.
Bahkan angkatan pertama kakak kelas kami yang berjumlah 86 orang, 80 persennya mereka telahpun kembali ke tanah air.
“Kami bangga, karena mereka dapat menjadi pekerja professional di Indonesia sebagai guru, dosen, staf di institusi perbankan, rumah sakit, industri manufaktur, perdagangan, perusahaan minyak bahkan pemerintah. Bahkan satu orang dari alumni kami, pernah mendapat kesempatan untuk menjadi tamu khusus acara Kick Andy di Edisi “Perempuan-perempuan Hebat”.
Kita bisa menyaksikannya di: https://www.youtube.com/watch?v=TXSpYug28oI . Atau dapat masuk ke youtube dan melakukan search : “Berangkat Kerja Jadi TKW di Hongkong Pulang Jadi Sarjana Cum Laude”.
Kami sangat bangga, dan kami mencoba untuk merekam jejak mereka dan menyaksikannya dari kejauhan di Hong Kong. ” Tegasnya.
Ditanya mengenai gugatan dari alumni kami yang bernama Yuliana Erlina Wedhe dan Hanah.
Pihak kampus telahpun memberi jawaban.
“Kedua mahasiswa kami ini adalah Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong. Mereka lulus pada tahun 2013, kemudian kembali ke Indonesia. Pada saat acara wisuda yang dihadiri oleh saudari Hanah dan Yuliana Arlina Wedhe, yang melaksanakan prosesi wisuda terhadap mereka adalah President (Rektor) Saint Mary’s University dari Philippine dan Director of Region of Commision on Higher Education (CHED) Republic of the Philippines. Bahkan ada 2 orang Wisudawati Indonesia yang bernama Christine Noviyanti dan Ai Hasanah mengikuti prosesi wisuda secara langsung di Bayombong, Nueva Vizcaya Philippine.” Imbuh Pihak kampus lagi.
Berdasarkan info yang kami peroleh dari pengakuan saudari Hanah sendiri saat klarifikasi di kantor, bahwa dirinya mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Institusi Pendidikan di Nusa Tenggara Barat sebagai Dosen. Sementara instansi tersebut meminta Official Transcript dari kampus induk. Karena tidak dapat menunjukkan OTR yang dikeluarkan oleh kampus induk itulah saudara Hanah kehilangan kesempatan untuk menjadi Dosen, dan merasa kecewa. Hal ini juga yang merugikan Saudari Yuliana Arlina Wedhe. Hal inilah yang menjadi sumber dari kasus ini.
Pihak kampus akhirnya menjelaskan kronologi sebenarnya secara rinci untuk menjawab beberapa pemberitaan yang menyudutkan pihak mereka.
“Januari 2013 kami telah memberikan ijazah resmi (Diploma) dari Saint Mary’s University di Philippine, dan memang benar bahwa mereka belum memperoleh transcript dari kampus induknya. Tapi, kami sebagai operator tidak lepas tanggung jawab, akhirnya kami memberikan transcript sementara dari Hong Kong. Jadi mereka sudah memperoleh Ijazah dari kampus induk dan Transcript sementara dari Hong Kong. ”
“Nyatanya bagi beberapa wisudawati yang sudah memperoleh dokumen ini, dan kembali ke Indonesia. Mereka memperoleh pekerjaan di tempatnya masing-masing. Hal ini dialami oleh Saudari Cicip Ratnaningrum, Budiarti Susanti, Saripah, Ai Hasanah, Syamrotul Janah, Sriani, Nani Susilawati, Maya Angelitri Utami, dan saudari Mariyana. Mereka sebelumnya adalah Pekerja Migran Indonesia dan saat ini dapat bekerja di sector formal dan seangkatan dengan Saudari Yuliana Arlina Wedhe dan Saudari Hanah, dengan menggunakan dokumen yang sama yang telah kami berikan pada Januari 2015 .” Imbuh pihak kampus lagi.
“Kami mohon maaf atas hal yang merugikan saudari Hanah tersebut berkenaan dengan Institusi yang meminta OTR dari kampus induk. Kalau sekiranya boleh kami berikan saran, bukankah peluang kerja tidak hanya disatu tempat.”
Untuk menunjukkan tanggung jawab. Sebelumnya pada Maret 2014, Pihak kampus yang diwakili Bapak Fajar dan Mr. Ramos berangkat ke Philippine untuk menagih transcript tersebut . Lalu Mei 2014, mereka berangkat kesana lagi untuk melihat kemajuannya. Nampaknya ada masalah internal didalam kampus, yang tidak mungkin mereka ungkap di media.
Yang mengejutkan lagi,ternyata gangguan itu bukan hanya dialami oleh mahasiswa Indonesian Program saja, tetapi juga dialami oleh mahasiswa program lainnya. Bahkan, Agustus 2015 pihak operator program memberikan surat peringatan kepada kampus induk atas masalah ini, dengan berdasarkan ultimatum dari surat saudari Hanah dan Yuliana Erlina Wedhe. Solusi nampaknya sudah muncul dari kampus induk, dan mereka akan memprosesnya dengan segera.
Pihak kampuspun menyertakan beberapa barang bukti, berupa screen shoot email pihak kampus, juga email balasan pusat dan barang bukti lainnya kepada media yang diundang untuk meliput acara sidang klarifikasi kemarin.
“Apapun yang dilakukan oleh Saudari Hanah dan Yuliana Arlina Wedhe, kami terima. Kami juga sudah melakukan klarifikasi dengan pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong, pada tanggal 29 Oktober 2015 di KJRI Hong Kong Causeway Bay. Kami telah menjelaskan permasalahannya, dan memperoleh respon positif dari KJRI Hong Kong. Kami juga berterima kasih atas keinginan baik KJRI Hong Kong untuk melakukan proses mediasi ini secara adil dan proporsional. Kami juga telah melakukan klarifikasi dengan 140 mahasiswa kami di kampus pada tanggal 1 November 2015 jam 01.00-03.00 di kantor operator program di Sheung Wan Hong Kong.” Terang Bapak Fajar lagi kepada media.
Mengulangi pertanyaan yang sempat diungkapkan oleh Saudari Erlina dalam kompasiana pekan lalu. Mengenai kampus kami yang “abal-abal”. Pihak kampus sekali lagi menjelaskan “tidak”. Kampus kami berada di Hong Kong dan mematuhi semua ketentuan berdasarkan Ordinance Chapter 493, peraturan mengenai Non Local Higher and Professional Education (Regulation) Ordinance. Kampus kami teregister di Hong Kong Education Bureau, bahkan pengajarnya pun memperoleh pengakuan dari Hong Kong Council for Accreditation Academic and Vocational Qualification.
Guna membantu publik mengecek kampus mana yang secara izin resmi dari Hong Kong Education Bureau, maka pengecek dapat melihatnya di website resmi Education Bureau di
www.edb.gov.hk , kemudian pilih page “Education and System Policy”, lalu pilih menu “Post secondary education”, lalu pilih “Non Local Higher and Professional Education”. Kemudian pilih “List of Register Courses”. Disana akan terlihat daftar kampus yang secara resmi diakui dan memperoleh registrasi dari Hong Kong Education Bureau, dan Saint Mary’s University ada disana dengan nomor Registrasi : 271637.
Jika ada informasi kampus ini mahal, bisa langsung diklarifikasi ke sekian banyak Non Local Program yang terdaftar di Hong kong Education Bureau, dan di kontak berapa besar biaya SPP nya, rata-rata berada di atas kisaran $HK 1.800 per bulan. Saint Mary’s University memberikan SPP 1/3 dari angka tersebut, karena kami memahami bahwa mereka yang masuk program ini adalah Domestic Helper – Pekerja Migran. Tidak ada satupun perguruan tinggi Non local Program yang terdaftar di Hong kong Education Bureau yang memberikan perhatian khusus kepada pekerja Migran yang ingin menyelesaikan S1, selain Saint Mary’s University.
Semoga hal ini dapat mengklarifikasi masalah yang muncul di media. Selaku warga Saint Marry’s University, sebagai murid kepada Guru-guru kami . Saya hanya bisa ucapkan terimaksih atas kesempatan berharga ini. Guru adalah seorang yang berjasa dalam hidup kita, jasanya akan selalu di terkenang sampai akhir hayat. Kita semua bisa menjadi sukses itu adalah karena bimbingan guru . Guru yang selalu tanpa lelah dan letih menghadapi tingkah laku anak muridnya dengan sabar tanpa mengeluh sedikitpun.
“Terimakasih guruku atas segala ilmu yang telah kau berikan kepada kami semua. Terimakasih atas segala jasa dan nasehatmu, terimakasih atas segala kesabaranmu melayani karenah kami.”
Muridmu, Istianah. No ID : 505040.
Hongkong, 2 November 2015
link asli dibawah ini:
m.kompasiana.com/annasyukri/klarifikasi-saint-marry-s-university-atas-gugatan-pmi_56377507917e616b094af386