Publisher ID: pub-5956747228423723 Publisher ID: pub-5956747228423723

Saturday 29 November 2014

Wiro Sableng #133 : 113 Lorong Kematian

Wiro Sableng #133 : 113 Lorong Kematian Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : 113 LORONG KEMATIAN

KEINDAHAN dan ketenangan Telaga Sarangan di kaki selatan Gunung Lawu sejak beberapa waktu belakangan ini dilanda oleh kegegeran menakutkan. Tujuh penduduk desa sekitar lembah dicekam rasa cemas amat sangat. Jangankan malam hari, pada siang hari sekalipun jarang penduduk berani keluar rumah. Pagi hari mereka tergesa-gesa pergi ke ladang atau sawah, menggembalakan memberi makan atau memandikan lemak lalu cepat-cepat kembali pulang. Mengunci diri dalam rumah, menambah palang kayu besar pada pintu dan jendela.

Pasar yang biasanya ramai hanya digelar sebentar saja lalu sepi kembali. Penduduk lebih banyak berada di rumah masing-masing, berkumpul bersama keluarga sambit berjaga-jaga. Terutama dirumah dimana ada orang perempuan yang tengah hamil tujuh bulan ke atas. Malam hari setiap desa diselimuti kesunyian. Penduduk tenggelam dalam rasa takut. Tak ada yang berani keluar rumah. Apakah yang lelah terjadi ? Apa penyebab hingga penduduk dilanda rasa takut demikian rupa?

Peristiwanya dimulai sekitar empat purnama lalu. Malam hari itu r
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #133 : 113 Lorong Kematian Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Nasib di Langit

Nasib di Langit Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Pada jaman dahulu ada seorang Jendral dari negeri Tiongkok kuno yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat lebih banyak.

Mendengar kondisi musuh yang tak seimbang, seluruh prajuritnya gentar kalau-kalau akan menderita kekalahan dan mati sia-sia.

Di tengah perjalanan menuju medan perang, Jendral itu singgah di sebuah kuil kecil. Ia sembahyang dan berdoa meminta petunjuk para dewa.

Sedangkan prajuritnya menanti di luar kuil itu dengan harap-harap cemas.

Tak lama kemudian, sang Jendral keluar dari kuil tersebut.

Ia berteriak pada seluruh pasukannya, “Kita telah mendapat petunjuk dari langit.”

Lalu ia mengeluarkan koin emas simbol kerajaan dari sakunya. Sambil mengacungkan koin itu ke udara ia berkata,

“Sekarang, kita lihat apa kata nasib. Mari kita adakan toss. Bila kepala yang muncul, maka kita akan menang. Tapi bila ekor yang muncul, kita akan kalah. Hidup kita tergantung pada nasib.”

Jendral lalu melempar koin emas itu k
... baca selengkapnya di Nasib di Langit Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Thursday 27 November 2014

Masa Depan Ada di Masa Lalu

Masa Depan Ada di Masa Lalu Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Saya pernah membaca kalimat motivasi: “Your past doesn’t equal your future” atau “Masa lalu Anda tidak sama dengan masa depan Anda”. Maksud dari pernyataan ini adalah apa pun yang terjadi di masa lalu kita tidak menentukan masa depan kita.

Benarkah demikian?

Dulu saya menerima sepenuhnya pernyataan di atas. Dengan kata lain saya hakulyakin bahwa penyataan ini benar-benar benar. Namun, sekarang saya justru berpikir sebaliknya. Saat ini, saya tahu bahwa masa lalu sama dengan masa depan atau masa depan ada di masa lalu.

Nah, bingung, kan?

Kesimpulan ini saya dapatkan setelah memikirkan secara mendalam berbagai kasus yang pernah saya tangani dan juga pengalaman hidup serta perubahan yang terjadi pada begitu banyak alumnus pelatihan Supercamp Becoming a Money Magnet dan The Secret of Mindset yang saya selenggarakan.

Ceritanya begini. Jika masa lalu tidak sama dengan masa depan, lalu mengapa ada begitu banyak orang yang sulit mencapai impian mereka? Mengapa mereka, yang telah berusaha sedemikian keras alias melakukan massive action melakukan sangat banyak upaya, membaca banyak buku sukses, ikut berbagai pelatihan pengembangan diri, masih saja tetap sulit berhasil?

Sebaliknya, mengapa ada orang yang tidak perlu membaca buku, tidak usah dengar kaset motivasi, nggak pernah ke berbagai seminar, dan hanya dengan upaya yang sedikit, eh… mudah sekali me
... baca selengkapnya di Masa Depan Ada di Masa Lalu Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Sunday 23 November 2014

Wiro Sableng #126 : Badik Sumpah Darah

Wiro Sableng #126 : Badik Sumpah Darah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : BADIK SUMPAH DARAH

HANYA SEKEJAPAN LAGI DUA GOLOK AKAN MEMBABAT LEHER DAN PERUT LOH GATRA, TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA SIULAN. LALU DUA BENDA HITAM SEBESAR UJUNG IBU JARI TANGAN MELESAT DI UDARA. DAN "CROSSS!" "CROSSS!" DUA ORANG MENJERIT KERAS. SAMA-SAMA JATUHKAN GOLOK MEREKA. SAMA-SAMA PEGANGI MATA KANAN. DARAH MENGUCUR DARl MATA KANAN MEREKA, MEMBASAHI PIPI DAN JARI-JARI TANGAN TIDAK SANGGUP MENAHAN SAKIT, DUA ORANG INI JATUHKAN DIRI DI TANAH, MERAUNG SAMBIL BERGULINGAN. LELAKI BERNAMA . GONDO BERBALIK. MEMANDANG MELOTOT KEARAH LOH GATRAYANG MASlH TERDUDUK DENGAN MUKA PUCAT BERSIMBAH DARAH DI BAGIAN DADA."TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN MONYET INGUSAN KEPARAT INI YANG MELAKUKAN. AKU LIHAT SENDIRI DIA DALAM KEADAAN TlDAK BERDAYA! " "LALU SIAPA?" GONDO MEMANDANG BERKELILING. "HAH!" PANDANGANNYA TIBA-TIBA MEMBENTUR SOSOK SEORANG PEMUDA YANG DUDUK ENAK-ENAKAN DI ATAS SERUMPUNAN SEMAK BELUKAR. DI ATAS SEMAK BELUKAR! GONDO KERENYITKAN KENING. MANA ADA ORANG BlSA DUD
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #126 : Badik Sumpah Darah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Allah in my heart alhamdulillah

Husnul Khootimah
Sekses itu adalah mereka yang selalu tenang
dalam keadaan apapun, tak ada alasan untuk
khawatir karena Allah selalu bersama kita, yang
menggenggam hati dan seluruh hidup kita, Dia
paaling tau apa yang terbaik untuk kita, untuk
agama dunia dan akhirat kita, usaha harus
selalu ada, hasil akhirnya biar Dia yang
menentukannya, izinkan hati kami selalu ikhlas
atas qodo' & qodar-Mu ya Rabb.... Bismillah
Ridho-Mu atas segala hidup & mati kami
adalah cita-cita kami ya Rabb... (ch)

Thursday 20 November 2014

Lifo

he following are the points of distinction:
(1) In case of FIFO, the materials which are
received first are issued first, where as in case of
LIFO, the materials which are received last are
issued first.
(2) In conditions of rising prices, due to difference
in values of closing stock, better profit is given by
FIFO than LIFO. But opposite will be result in
conditions of falling prices.
(c) Emphasis on the balance sheet is placed by
FIFO where as emphasis on the income statement
(i.e. profit & loss account) is placed by LIFO.
FIFO should be chosen by anybody, who desires
that inventory should correspond to the current
cost. On the other hand, LIFO should be chosen
by another whom desires that the current cost
should be matched with the revenue.
(3) Current cost is not matched with current
revenue by FIFO but in the balance sheet, the
working capital is correctly shown by it. Whereas,
on the other hand, current cost is matched with
current revenue by LIFO but the working capital is
shown incorrectly. In that case, since matching is
very essential, LIFO may be used, but by way of
footnote, the current costs of the closing stock
may be mentioned so that the working capital
position is made clear.
1(B)(iii) Highest-in-First out (HIFO) Method:
The method may be termed Highest-in-first-out
or HIFO simply, when it is desired to charge the
issues at the highest cost of purchase in stock so
that purchases made at lower rates may be
represented by the closing stock. No importance
is gained by this method. The application of this
method may be noticed only in monopoly
concerns & in case of cost plus costing. Since
lower cost is represented by the closing stock, it
helps to create secret reserve. Under this method,
comparison of costs, as in the case of FIFO &
LIFO, becomes unreliable.
1(B)(iv) Next-in-First out (NIFO) Method:
Under this method, at the rate of next price, which
is yet to arrive, the issue is charged. To see that
the charge corresponds to the market price is the
object of this method. Thus this is similar to
market price method, but as the rate of next
purchase can be easily known from the purchase
order placed, the application of this method is
easier than that method. If due to any reason
whatsoever, at the time of making the payment,
the rate of next purchase is changed, the
complications will arise. For general application,
the method has not been accepted. As in the case
of FIFO, LIFO & HIFO, comparison of costs
becomes unreliable.
1(B)(v) Base Stock Method:
A fixed quantity of materials is always maintained
at original cost under this method & out of the
stock in excess of that fixed quantity, all issues
take place using either FIFO principle or LIFO
principle. The fixed quantity so maintained at
original cost is called base stock. It is obvious
that, if such a situation arises, where the
production flow will be stopped, unless the issue
is made out of the base stock, the issue has to
be made; otherwise, the purpose of maintaining
the base stock will be lost. The base stock will be
permanently reduced in such an exceptional case.
Base stock should not be considered as
independent method since either FIFO or LIFO
principle is to be used. As a separate technique
only, this method may be regarded. Normally, in
base stock technique, FIFO is used
.
Advantages:
(a) This technique may be suitably used by
process industries like leather industry, refinery,
non-ferrous metal industry etc. where basis raw
materials are used.
(b) This technique is applicable in industries
where, for a long time, a considerable quantity of
basic material is to be kept in process.
(c) The valuation of closing stock becomes easy
by this technique.
(d) In both theory & practice, the technique is
simple.
(e) The mode of closing stock valuation makes
the profit or loss most conservative.
Disadvantages:
(a) In this case, all the disadvantages of FIFO or
LIFO, whichever is used in base stock technique,
shall apply.
(b) Base stock is a part of the stock of materials
which is an item of current asset. Therefore, why
in the balance sheet, the base stock is treated as
an item of fixed asset & shown at original cost?
(c) Sometimes in the balance sheet, base stock
appears at most unbelievable price & as a result,
at the time of winding up, the partners &
shareholders may be cheated.
Illustration 3:
Prepare a stores ledger account assuming that a
base stock of 600 units @ $ 5 per unit is
maintained & FIFO method is applied on the basis
of the following records of the receipts & issues of
materials in March 2011.
March 01 Purchased 4000 units @ $ 5
08 Issued 1200 units
12 Purchased 2000 units @ $ 6
15 Issued 2400 units
19 Issued 600 units
25 Purchased 2400 units @ $ 5.50
27 Issued 2600 units
30 Purchased 1400 units @ $ 6.50

Sunday 16 November 2014

Account receivable

Oleh:LIE DHARMA PUTRA — JUN 19, 2008
Account Receivable is amounts owed to the
company for services performed or products sold
but not yet paid for. A receivable is
accomplished by a simple accounting
transaction, yes it is, but the process of
maintaining and collecting payments on the
accounts receivable subsidiary account balances
can be a full time proposition, It depends on the
business scale and number of customers that
provided with credit. Account receivable could be
un-collectible, thus need an appropriate
treatment.
Advertisement
Bagaimana menggolongkan Piutang (Account
Receivable)?, Bagaimana accounting treatment
atas receivable (piutang)? apa saja masalah
(issue) yang biasa timbul di dalam piutang?
Bagaimana melakukan control (pengendalian)
atas piutang? Bagimana jika piutang sulit
ditagih? Akan dibahas di posting ini dan serie-
nya.
Di dunia perdagangan khususnya (bisnis secara
luas) yang begitu competitive dewasa ini, rasanya
penjualan dengan credit sudah menjadi
keharusan. Jika tidak, mungkin pelanggan
(terlebih-lebih) calon pelanggan akan memilih
membeli dari competitor (pesaing) kita.
Menyediakan fasilitas credit kepada customer
sudah merupakan keharusan. Trend penjualan
dengan cara credit (pembayaran di masa yang
akan datang) menimbulkan beberapa issue
(masalah) baik dalam operasional maupun
administrative-nya (pencatatan).
Yang menjadi concern kita di accounting tentu
sisi adminstratif-nya ( perlakuannya). Mulai dari
cara menentukan besarnya piutang ( measuring),
pengakuan ( recognizing), pengelompokan
( classifying ) dan pelporannya ( reporting/
disclosure ).
Sedangkan bagi mereka yang berada di bagian
keuangan ( financial) atau yang mengendalikan
kedua-duanya, maka penentuan a syncronized
credit policy with sales force , sekaligus
meminimalisasi piutang tak tertagih ( bad debt )
adalah tugas utama yang hanya akan terlaksana
dengan baik jika didukung oleh administrasi yang
akurat dan tepat waktu.
Kita akan mulai bahas topic ini satu
persatu…..mudah-mudahan saya berkesempatan
(bisa atur schedule) agar bisa mempostingnya
secara lengkap mulai dari administrative-nya
( accounting treatment ), credit policy, account
receivable control (pengendalian piutang), hingga
how to deal with bad debitor , bagaimana
menghadapi penghutang yang susah ditagih,
dengan mengedepankan professionalisme yang
akan tetap menjaga citra perusahaan di waktu
yang sama.
Saya akan mulai dengan “how to classify
receivables ” bagaimana mengklasifikasikan
piutang (yang pada prakteknya menurut saya
masih rada simpang siur).
Receivable Classification (Pengelompokan
Piutang)
Sering kita mengalami keraguan dalam
mengelompokkan piutang. Banyak istilah yang
terkadang tumpang tindih dan cenderung tidak
beraturan, terutama di perusahaan-perusahaan
baru yang system-nya belum tersusun dengan
baik. Bisa dimengerti, karena usaha kecil
(terlebih-lebih yang baru merintis) sudah pasti
mengarahkan semua focus dan sumberdayanya
untuk business development, sedangkan sisi
administrative masih di perioritas setelahnya,
karena keterbatasan sumberdaya manusianya
(sebagai konsekwensi dari capital yang kecil juga
tentunya).
Sering kita melihat neraca yang mengandung dua
jenis piutang: Piutang Dagang dan Piutang Usaha.
Apa beda antara kedua jenis piutang ini? Apakah
pengelompokan ini sudah baik?
Kadang ada juga yang melaporkan adanya unsur
Piutang Wesel (Notes Receivable) di Neraca.
Jenis piutang apa itu? Apa bedanya dengan jenis
piutang yang lainnya?
Tidak jarang juga kita menemukan laporan
keuangan (dalam hal ini Neraca/balance sheet)
yang tidak membedakan jenis-jenis piutang ini
secara terpisah, melainkan disebutkan menjadi
satu saja yaitu: Account Receivable (AR) atau
Piutang saja. Mengapa?

Tuesday 11 November 2014

Agen BAI

Alamat Agen sah JP BAI
INDONESIA

WARNING!
Dilarang mengirimkan tas bermerek/ Branded.
Jika melanggar, maka tas akan kami sita dan tidak kembali.
———---------------------

1. JAKARTA.
JPBAI Almaha
(Nama dan HP HK Anda)
Alamat :
Jl batu 1, Komp 9,
no 9K.
RT:014. RW : 005
Kel: Pejaten Timur
Kec : Pasar Minggu
Kab: Jakarta Selatan
12510 DKI JAKARTA.
Tlpn :+62 812 1213 3376.

--------------------------------
2. Jawa Barat.
JPBAI /Fe.
(Nama & HP HK Anda)
Jl: Kebun Duren
No: 43
Rt: 5 Rw: 2
Kalimulya
Depok 16413
Jawa Barat.
Tlpn:+6289610847835.

---------------------------------
3. Jawa Tengah:
JPBAI Adel.
(Nama & HP HK Anda)
JL: SRIWIJAYA 104 B
(belakang RM Padang Minang Kabau)
Semarang . 50242.
Jawa Tengah.
TLPN: +62 888 2558 248.
            +6285875535581
---------------------------------
4. Jawa Timur
JPBAI
(Nama &Hp HK Anda)
Perum Taman Surya Agung.
Blok i1/no 9.
Wage Taman
Sidoarjo 61257.
Jawa Timur.
+62 8223-4787-117.
+6282-23227-1600.

-------------------------------
5. Batang.
JPBAI IBNU
(nama & hp hk)
Pandu logistic
jl. KH.Wakhid hasyim
no 21 Kauman.
Batang 51274.
Jawa Tengah
Tlp: +62815777432.
+62 812 9050 3778.
--------------------------

6.
JPBAI MUCH.ICHSAN.
(Nama penerima & Hp HK)
ZAIDAN CELL (TIMUR KECAMATAN SIMO).
JL: MADU KM 1.
SIMO, BOYOLALI 57337.
JAWA TENGAH.
Tlpn: 085 647 000 212.

HK:
Penington Street 1.
F 8 B. Couseway Bay.
-Denah bisa dilihat ke PP WA hotline pengumuman +85256001995.
-Pertanyaan bisa menghubungi +85297139455/nomer Agen seluruh Indonesia.
Page fb JPBAI :
https://m.facebook.com/profile.php?id=483663788401006&notif_t=page_new_likes&ref=m_notif&refid=48

Jadwal Penerbangan.

JK= Jakarta : Rabu.
DP= Depok: Kamis.
SM= Semarang : Kamis.
BT= Batang : Rabu.
BY= Boyolali : Selasa.
SB= Sidoarjo : Kamis.

Indah TakdirMu,Indah karuniaMu.

Terasa ada yang kurang dalam diriku, terkadang merasa bahwa hidup ini harus mengalir seperti apa yang telah ditakdirkannya untuk kita. Antara percaya dan tak percaya, sebuah dunia maya telah mempertemukan kita, menjadikan hubungan kita semakin mendalam katakanlah teman yang lebih dari teman, tak tau apakah pertemanan ini akan terus berlanjut ke pelaminan karenaNya atau berlanjut menjadi sahabat karib saja, Engkau yang lebih tau ya Robb jalan yang harus aku lalui dan jalan yang harus aku tempuh. TakdirMu aku yaqin sangat indah dan penuh dengan RidhoMu. Engkau yang memunculkan keraguan hati dan Engkau pula yang melebur luluhkannya, dan menguatkan Keyakinan akan Takdir baikMu. Alhamdulillah atas segala pemberianMu yang lalu,sekarang,esok dan seterusnya....
(Don't forget someday we'll return to Him) Lailahaillallah Muhammadurrasulullah.

Monday 10 November 2014

Rekening nominal Rugi laba

B. Rekening Nominal (Rugi – Laba)
Adalah rekening yang merupakan unsur
laporan Rugi – Laba
Rekening Nominal dapat diklasifiaksikan
dalam dua kelompok, yaitu pendapatan dan
biaya/ beban.
1. Pendapatan
Adalah penambahan jumlah Aktiva/
Harta sebagai hasil operasi perusahaan.
Pendapatan diperoleh karena adanya
penyerahan/ penjualan barang/ jasa
atau aktivitas lainnya dalam satu
periode.
a. Pendapatan Operasional
Yaitu pendapatan yang diperoleh
perusahaan dalam rangka kegiatan
utama, misalnya : Pendapatan jasa
angkutan, pendapatan service dan
penjualan (bagi perusahaan dagang)
b. Pendapatan Non-Operasional
Yaitu pendapatan yang diperoleh
diluar usaha pokok, yang sifatnya
insidentil, misalnya : pendapatan
bunga dan pendapatan komisi.
2. Biaya/ Beban
Adalah pengorbanan yang terjadi dalam
rangka memperoleh pendapatan.
Beban dibedakan menjadi
a. Beban Operasional
Yaitu beban yang terjadi dalam
rangka memperoleh pendapatan.
Beban di bedakan menjadi :
· Beban perlengkapan
(Supplies Expense)
· Beban gaji (Salaries Expense)
· Beban Sewa (Rent Expense)
· Beban Iklan (Advertising
Expense)
· Beban Asuransi (Insurance
Expense)
b. Beban Non Operasional
Yaitu beban yang terjadi bukan
karena kegiatan utama perusahaan
atau tidak berkaitan langsug dengan
kegiata utama
perusahaan,misalnya :
· Beban bunga (Interest
Expense)
· Kerugian Piutang tak
Tertagih (Bad Dept Expense).
C. Kode Perkiraan/ Rekening
Untuk mempermudah pengelompokkan
rekening dalam buku besar, maka perlu
dibuat pedoman akuntansi yang memuat
daftar rekening, nomor kode serta
penjelasannya.
Banyak sedikitnya angka / nomor / digit
tergantung dari besar kecilnya perusahaan.
Dalam pemberian kode rekening, yag penting
adalah : mudah diingat, mudah
pengunaannya dan mudah mengadakan
perluasan rekening tanpa mengubah kode
rekening yang sudah ada.
Pemberian kode rekening dapat dilakukan
dengan beberapa cara/ sistem, antara lain :
1. Sistem Numerical
Adalah cara pemberian kode rekening
dengan menggunakan nomor (angka).
Pemberian nomor sebaiknya urut agar
mudah diingat dan mudah dimengerti
hubungan yang satu dengan yang lain.
Sistem Numerical terbagi atas :
a. Kode Kelompok
Yaitu cara pemberian kode rekening
dengan memberikan angka tertentu
pada kelompok, golongan dan jenis
rekening.
Jka rekening diberi kode dua angka,
maka angka pertama menunjukan
kelompok dan angka ketiga
menunjukkan jenis rekening.
Jika rekening diberi kode dengan
tiga angka, maka angka pertama
menunjukkan kelompok, angka
kedua menunjukan jenis rekening.
Contoh
K a
s
1 1 1
Piutang
Wesel
1 1 2
Piutang
Usaha
1 1 3
Kelompok
Harta
Golongan harta
lancer
Jenis
Rekening
Hutang
Wesel
2 1 1
Hutang
Usaha
2 1 2
Hutang
Bunga
2 1 3
Kelompok Hutang
Golongan Hutang Jangka Pendek
Jenis Rekening
Beban
Gaji
5 1 1
Beban
Sewa
5 1 2
Kelompok Beban
Golongan Beban Usaha Pokok
Jenis Rekening
Pendapatan
Bunga
4 2 1
Pendapatan
Komisi
4 2 2
Kelompok Pendapatan
Golongan Pendapatan di luar Usaha
Jenis Rekening
Masing-masing kelompok dapat dibagi
dalam beberapa golongan, misalnya
kelompok harta dibagi menjadi harta
lancar, investasi jangka panjang dan
harta tetap.
b. Kode Blok
Yaitu cara pemberian kode rekening
dengan menyediakan satu blok
angka untuk setiap kelompok
rekening.
Kelompok
Nomor Kode
Harta
100 – 199
Hutang
200 – 299
Modal
Pendapatan
300 – 399
Pendapatan
400 – 499
Biaya
500 – 599
2. Sistem Decimal
Adalah pemberian kode rekening dengan
menggunakan angka 10 unit dari 0
sampai 9. Masing-masing angka/ digit
meninjukkan kelompok, golongan dan
tiap golongan dibagi menjadi 10 jenis
rekening.
Contoh :
Rubrik
1 = Harta
1.0 = Harta Lancar
1.0.1 = Kas
1.0.2 = Piutang Dagang
1.2 = Harta Tetap
1.2.1 = Tanah
1.2.2 = Kendaraan
5 = Biaya/ Beban
5.0 = Biaya penjulan
5.0.1 = Biaya gaji salesman
5.0.2 = Biaya Iklan
5.1 = Biaya administrasi
dan umum
5.1.1 = Biaya Perlengkapan
Kantor
5.1.2 = Biaya gaji pegawai
kantor
3. Sistem Moemonic
Adalah pemberian nomor rekening
dengan menggunakan simbol kelompok
dan singkatan huruf awal dari rekening
yang bersangkutan.
Contoh :
Nama Rekening
Kode
Aktiva
Lancar
AL.
Kas
ALK.
Piutang
Dagang
ALPD.
Surat
Berharga
ALSB.
Hutang
Lancar
UL.
Hutang
Wesel
Ul.UW.
Hutang
Dagang
Ul.UD.
Pendapatan
P.
Pendapatan
Jasa
P.J.
Pendapatan
Komisi
P.K.
Penjualan
P.Pjl
4. Sistem Kombinasi Huruf dan Angka
Adalah pemberian kode rekening dengan
menggunakan kombinasi huruf dan
angka. Huruf menunjukkan kelompok
rekening dan angka menunjukkan
golongan dan jenis rekening.
Contoh :
K a
s
A 0 1
Piutang
Usaha
A 0 1
Kelompok Harta
Golongan Harta Lancar
Jenis Rekening
Hutang
Wesel
B 0 1
Hutang
Usaha`
B 0 2
Kelompok Hutang
Golongan Hutang Jangka Pendek
Jenis Rekening
Catatan:
Contoh-contoh dalam pemberian kode
rekening tersebut bukan merupakan
contoh yang baku, setiap perusahaan
dapat membuat kode menurut selera
masing-masing, yang penting harus
dijaga konsistensinya (jangan selalu
mengadakan perubahan).

Macam-macam Rekening

Klasifikasi Rekening
Tujuan akhir akuntansi keuangan adalah untuk
menyajikan laporan keuangan, sebagai laporan
pertangungjawaban pemimpin (manajer) dan
juga sebagai bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan bagi pihak ekstern
perusahaan.
Laporan keuangan yang utama adalah neraca
dan laporan rugi-laba, sehingga secara garis
besar rekening-rekening yang ada diklasifikasikan
dalam dua kelompok besar, yaitu:
A. Rekening Riil/Neraca
Adalah rekening yang merupakan unsur
neraca.
Rekening Riil dibagi dalam 3 kelompok, yaitu
Harta, Hutang dan Modal.
1. Harta/Aktiva (Assets)
Adalah semau hak yang dapat
digunakan dalam operasi perusahaan.
Harta dapat diklasifikasikan dalam
beberapa sub kelompok, diantaranya :
a. Harta lancar (Current Assets)
Yaitu harta yang berupa uang tunai
dan harta lain yang mudah dijadikan
uang atau dapat digunakan dalama
jangka pendek, antara lain
· K a s (Cash)
Yaitu uang tunai yang disimpan
dibragkas tai dikantor maupun
simpanan di bank yang
berbentuk giro atau simpanan
lain yang dapat diambil setiap
saat.
· Deposito Bank
Yaitu simpanan pada bank yang
berbentuk deposito yang dapat
diambil pada waktu-waktu
tertentu.
· Surat berharga/Efek
( Marketable Securities )
Yaitu saham dan obligasi
perusahaan lain yang segera
dapat diuangkan/dijual di bank/
di bursa efek.
Tujuan pemilikan adalah untuk
memanfaatkan kelebihan uang
kas (idle money).
· Piutang Dagang ( Account
Receivable )
Yaitu hak untuk menagih
kepada pihak lain, karena
sebelumnya memberikan
pinkaman atau menjual barang
secara kredit kepada pihak lain.
· Piutang Wesel/Wesel Tagih
( Notes Receivable )
Yaitu surat perintah yang
ditujukan kepada seseorang
untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada tanggal yang
telah ditentukan pada orang
yang namanya ditulis dalam
surat tersebut atau yang
membawa surat tersebut.
· Persediaan Barang Dagang
( Merchandise Inventory)
Yaitu persediaan barang
dagangan yang siap untuk
dijual.
· Perlengkapan kantor/Bahan
Habis Dipakai ( Office Supplies)
Yaitu perlengkapan yang
digunakan untuk lancarnya
administrasi perkantoran.
Contoh: Kertas HVS, Pita mesin
ketik, isi stapler dll.
· Perlengkapan Toko ( Store
Supplies)
Yaitu perlengkapan yang
digunakan untuk kelancaran
kegiatan toko.
Contoh: kantong plastik, kertas
bungkus, isolasi, isis stapler dll.
· Beban Dibayar Dimuka/
Persekot Biaya ( Prepaid
Expense )
Yaitu biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan,
tetapi belum menjadi
kewajiban / dikonsumir.
Contoh : Asuransi dibayar
dimuka ( Prepid Insurance )
· Sewa dibayar dimuka
( Prepaid rent)
· Gaji dibayar Dimuka ( Prepaid
Salaries )
· Bunga Dibayar dimuka
( Prepaid Interest )
· Pendapatan yang masih
harus Diterima/ Piutang
Pendapatan ( Accurals
Receivable )
Yaitu pendapatan yang sudah
diperhitungkan/ sudah menjadi
hak , tetapi belum diterima
pembayarannya.
Contoh : Bunga yang akan
diterima/Piutang bunga
( Interest Receivable )
· Piutang sewa ( Rent
Receivable )
b. Investasi Jangka Panjang
Adalah penyertaan/penanaman
modal pada perusahaan lain dalam
jangka panjang, yang tujuannya
disamping untuk memperoleh
tambahan pendapatan, juga dapat
mengontrol/mengendalikan
perusahaan lain tersebut.
Yang termasuk Investasi jangka
panjang, antara lain :
· Investasi dalam saham dan
obligasi
· Dana yang dicadangkan
untuk pelunasan hutang jangka
panjang, yaitu untuk pelunasan
perusahaan.
c. Harta Tetap/Tidak lancar (Fixed
Assets/Non Profit)
Yaitu kekayaan perusahaan yag
pemakaiannya dalam waktu lama
(lebih dari satu periode akuntansi).
Harta tersebut tidak dijual kembali
dalam kegiatan normal perusahaan,
serta mempunyai nilai material
(relatif besar).
Yang termasuk Harta Tidak Lancar
antara lain : Tanah, Gedung/
Bangunan, Mesin-Mesin, Kendaraan,
Peralatan Toko, Peralatan Kantor.
d. Harta Tetap Tidak Berwujud
(Intangible Fixed Assets)
Yaitu hak istimewa yang dimiliki
oleh perusahaan dan mempunyai
nilai tetapi tidak mempunyai bentuk
fisik.
Yang termasuk Harta Tidak
berwujud, antara lain :
· Goodwill, yaitu nilai lebih
yang dimiliki oleh suatu
perusahaan yang timbul karena
adanya keistimewaan-
keistimewaan tertentu, seperti
letak yang sangat strategis dan
nama yang sudah sangat
dikenal.
· Hak Paten, yaitu hak yang
diberikan oleh pemerintah
kepada perseorangan atau
badan usaha untuk
menggunakan penemuan baru.
· Hak Cipta, yaitu hak yang
diberikan oleh pemerintah
kepada perseorangan atau
badan usaha untuk
memperbanyak/menjual barang-
barang hasil karya seni/ tulisan.
· Merek Dagang, yaitu hak
yang diberikan oleh pemerintah
kepada perseorangan atau
badan usaha untuk
menggunakan nama, cap atau
lambang bagi usahanya.
· Hak Sewa ( Leasing ), yaitu
hak untuk menggunakan aktiva
tetap dari pihak lain dalam
jangka waktu panjang.
· Franchise, yaitu hak istimewa
yang diperoleh perusahaan/
perseorangan dari pihak lain
untuk mengkomersilkan produk,
teknik atau ormula.
e. Harta lain-lain (Other Assets)
Adalah harta yang tidak dapat
digolongkan dalam empat jenis
aktiva diatas, misalnya : biaya
pendirian dan emisi saham.
2. Hutang/Kewajiban (Liabilities /
Pasiva)
Hutang adalah merupakan kewajiban
membayar kepada pihak lain yang
disebabkan oleh tindakan/transaksi
sebelumnya.
Berdasarkan jangka waktu
pelunasannya, hutang diklasifikasikan
dalam tiga kelompok, yaitu : Hutang
Lancar, Hutang Jangka Panjang dan
Hutang Lain-Lain.
a. Hutang Lancar/Jangka Pendek
(Current Liabilities)
Adalah kewajiban yang harus
dilunasi dalam jangka waktu tidak
lebih dari satu tahun atau satu
siklus normal operasi perusahaan,
antara lain :
· Hutang Usaha ( Account
Payable )
Yaitu kewajiban yang harus
dilunasi karena pembelian
barang/jasa secara kredit.
· Hutang Wesel/Wesel Bayar
( Notes Payable )
Yaitu janji tertulis untuk
membayar pihak lain dalam
jumlah tertentu dan pada
tanggal yang telah ditetapkan.
· Hutang Biaya
Yaitu kewajiban membayar
karena perusahaan tidak
menerima manfaatnya, seperti :
± Hutang Bunga ( Interest
Payable)
± Hutang Gaji ( Salaries
Payable)
± Hutang Sewa ( Rent Payable)
· Pendapatan Diterima Dimuka
Yaitu pendapatan yang belum
merupakan hak, tetapi sudah
diterima pembayarannya, antara
lain :
± Sewa Diterima Dimuka
± Bunga Diterima Dimuka
b. Hutang jangka Panjang (Non
Current Liabilities)
Adalah kewajiban yang harus
dilunasi dalam waktu lebih dari satu
tahun tau siklus normal operasi
perusahaan.
Yang termasuk Hutang Jangka
Panjang antara lain:
· Hutang Hipotik ( Mortgage
Payable )
Yaitu pinjaman jangka panjang
dengan jaminan Harta Tetap.
· Hutang Obligasi ( Bonds
Payable )
Yaitu pinjaman jangka panjang
yang timbul karena perusahaan
menjual/mengeluarkan surat/
surat obligasi.
Obligasi adalah surat bukti yang
menyatakan bahwa pemegang
obligasi meminjamkan sejumlah
uang kepada perusahaan yang
mengeluartkan obligasi
tersebut.
Pemegang obligasi akan
mendapat bunga tetap secara
berkala yang disebut Kupon.
· Kredit Investasi
Yaitu pinjaman jangka panjang
yang diterima dari bank atau
lembaga keuangan lain, yang
digunakan untuk pelunasan
perusahaan
c. Kewajiban/Hutang lain-lain
Adalah meliputi semua hutang yang
tidak sesuai untuk diklasifiaksikan
sebagai hutang lancar maupun
hutang jangka panjang. Misalnya
uang jaminan yang diterima dari
langganan.
3. Modal (Capital)
Adalah hak pemilik atas aktiva
perusahaan yang merupakan kekayaan
bersih (jumlah Harta dikurangi Hutamg)
Modal terdiri dari setoran pemilik dan
sisa laba yang belum dibagi. Pemberian
nama Modal tergantung jenis
perusahaannya.
Contoh
Bentuk
Perusahaan
Nama Modal
-
Perseorangan
- Modal pemilik
-
Persekutuan
- Modal sekutu
- Perseroan
terbatas
- Modal saham
-
Koperasi
- Modal anggota

Sunday 9 November 2014

contoh soal PERT

CPM/PERT
A. Konsep Dasar, Tujuan, dan Peran Strategis CPM/PERT
Teknik evaluasi dan ulasan program (cukup dikenal sebagai program evaluation and
review techique atau PERT) dan metode jalur krisis (umumnya dikenal sebagai critical path
method-CPM), dikembangkan di tahun 1950-an untuk membantu para manager membuat
penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan kompleks. CPM muncul terlebih
dahulu, di tahun 1957, sebagai alat yang dikembangkan oleh J. E. Kelly dari Remmington Rand
dan M. R. Walker dari duPont untuk membantu pembangunan dan pemeliharaan pabrik kimia di
duPont. Secara terpisah, PERT dikembangkan di tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton
untuk U.S. Navy (angkatan Laut Amerika Serikat).
Metode PERT dan CPM adalah metode yang dapat digunakan untuk membuat
perencanaan, skedul, dan proses pengendalian suatu proyek. Untuk dapat menerapkan kedua
metode ini, perlu ditetapkan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu
proyek dan menyusunnya dalam bentuk jaringan. Jaringan menunjukan saling hubungan antara
satu kegiatan dengan kegiatan lain. Walaupun prinsip penyusunan jaringan pada kedua metode
adalah sama, namun terdapat perbedaan mendasar antara kedua metode ini. Perbedaan ini
terletak pada konsep biaya yang dikandung CPM yang tidak ada di dalam metode PERT.
Asumsi yang digunakan dalam metode PERT adalah bahwa lama waktu semua kegiatan
tidak tergantung satu sama lain. Penentuan lama waktu penyelesaian suatu proyek dengan PERT
dilakukan dengan menentukan waktu yang paling pesimis (terlama) dan optimis (tercepat) untuk
setiap kegiatan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpastian penyelesaian suatu kegiatan ini
dinyatakan dalam suatu varians. Semakin kecil varians menunjukan semakin pasti suatu kegiatan
dapat diselesaikan. Apabila jaringan sudah sedemikian besar, penentuan lama penyelesaian suatu
proyek dapat dilakukan melalui proses foward pass dan backward pass.
Ada dua macam estimasi, baik untuk waktu maupun biaya, yang dilakukan di dalam
metode CPM, yaitu estimasi normal dan estimasi crash. Perhitungan kedua jenis estimasi
dimaksudkan untuk menemukan kegiatan-kegiatan pada jalur kritis dimana waktu dapat
dipercepat dengan pengeluaran paling minimum. Dengan cara ini, efisiensi penyelesian proyek
dapat dicapai dalam hal waktu maupun biaya.Metode PERT/Biaya dapat diterapkan untuk mencapai tujuan pengendalian biaya.
Adapun tujuan akhir dari PERT/Biaya adalah untuk memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk mempertahankan biaya proyek dalam anggaran tertentu. Informasi ini berupa
status suatu kegiatan apakah overrun atau underrun. Dengan informasi ini dapat ditetapkan suatu
aksi korektif terhadap kegiatan dalam rangka mempertahankan biaya proyek.
Rangka Pikiran PERT dan CPM
PERT dan CPM keduanya mengikuti enam langkah dasar:
1. Mengidentifkasikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja,
2. Membangun hubungan antara kegiatan, memutuskan kegiatan mana yang harus terlebih
dahulu dan mana yang mengikuti yang lain,
3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan,
4. Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya untuk tiap kegiatan,
5. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur kritis,
6. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian
proyek.
Langkah ke-5, menetukan jalur kritis, adalah bagian utama dalam pengendalian proyek.
Kegiatan pada jalur kritis mewakili tugas yang akan menunda keseluruhan proyek, kecuali bila
mereka dapat diselesaikan tepat waktu. Manajer mempunyai keleluasaan untuk menghitung
tugas penting dengan mengidentifikasi kegiatan yang kurang penting dan melakukan
perencanaan ulang, penjadwalan ulang, dan pengalokasian ulang sumber daya manusia dan uang.
Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam terminologi dan pada
konstruksi jaringan, tujuan mereka sama. Analisis yang digunakan pada kedua teknik ini sangat
mirip. Perbedaan utamanya adalah bahwa PERT menggunakan tiga perkiraan waktu untuk tiap
kegiatan. Perkiraan waktu ini digunakan untuk menghitung nilai yang diharapkan dan
penyimpangan standar untuk kegiatan tersebut. CPM membuat asumsi bahwa waktu kegiatan
diketahui pasti, hingga hanya diperlukan satu faktor waktu untuk tiap kegiatan.B. Proses dalam CPM/PERT
1. Komponen jaringan (network component)
Satu syarat untuk dapat membentuk jaringan PERT adalah daftar urutan kegiatan proyek.
Dari berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek. Kita dapat menyusunnya dalam
bentuk jaringan PERT yang menunjukkan saling hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya. Dalam jaringan PERT dikenal istilah Dummy yaitu dua atau lebih kegiatan yang mulai
dan berakhir pada titik yang sama. Kegiatan dummy timbul semata-mata untuk tujuan
membentuk hubungan preseden sehingga memungkinkan kita menggambarkan jaringan dengan
hubungan preseden yang baik.
Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yakni kegiatan pada titik
(activity on node – AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA). Pada konven


B. Proses dalam CPM/PERT
1. Komponen jaringan (network component)
Satu syarat untuk dapat membentuk jaringan PERT adalah daftar urutan kegiatan proyek.
Dari berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek. Kita dapat menyusunnya dalam
bentuk jaringan PERT yang menunjukkan saling hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya. Dalam jaringan PERT dikenal istilah Dummy yaitu dua atau lebih kegiatan yang mulai
dan berakhir pada titik yang sama. Kegiatan dummy timbul semata-mata untuk tujuan
membentuk hubungan preseden sehingga memungkinkan kita menggambarkan jaringan dengan
hubungan preseden yang baik.
Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yakni kegiatan pada titik
(activity on node – AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA). Pada konvensi
AON, titik menunjukan kegiatan, sedangkan pada AOA panah menunjukan kegiatan.
Perbandingan antara konvensi jaringan AON dan AOA
Kegiatan pada titik (AON) Arti dari kegiatan Kegiatan pada panah (AOA)
A datang sebelum B, yang datang sebelum C
 A B C
A dan B keduanya harus diselesaikan sebelum C dapat dimula i
B dan C tidak dapat di mulai sebelum A selesai
A
B
C
B
A
C
C
B
A
B
C
A B C
AC dan D tidak dapat dimulai hing ga A dan B keduanya selesa i
C tidak dapat dimulai setelah A dan B selesai, D tidak dapat dimulai sebelum B selesai. Kegiatan Dummy ditunjukan pada AOA
B dan C tidak dapat dimulai hingga A selesai. D tidak dapat dimulai sebelum B dan C selesai. Kegiatan dummy ditunjukan pada AOA
Contoh:
Pemerintah akan membangun rumah sakit berstandar internasional, rumah sakit tersebut
akan di bangun dan harus melalui delapan kegiatan yakni: membangun komponen internal,
memodifikasi atap dan lantai, membangun tumpukan, menuangkan beton dan memasang rangka,
membangun pembakar temperatur tinggi, memasang sistem kendali polusi, membangun alat
pencegah polusi udara, dan kegiatan terakhir yaitu pemerikasaan dan pengujian. Kegiatan
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini berikut penjelasan susunan kegiatannya:
A B
C
D
Dummy
activity C
C
D
B
A
A C
B D
Dummy
activity
A C
B D
B
A C
D
A
B
C
D
A
B
C
DK e g ia t a n P e n j e l a s a n Pendahulu langsung
A m e m b a n g u n k o m p o n e n i n t e r n a l -
B m e m o d i f i k a s i a t a p d a n l a n t a i -
C m e m b a n g u n t u m p u k a n A
D menuangkan beton dan memasang rangka A , B
E membangun pembakar temperatur tinggi C
F m e m a s a n g s i s t e m k e n d a l i p o l u s i C
G membangun alat pencegah polusi udar a D , E
H p e m e r i k a s a a n d a n p e n g u j i a n F , G
Gambar AON untuk kegiatan proyek pembangunan rumah sakit tersebut adalah:
G
E
F
H
A C
Start
B DGambar AOA untuk kegiatan proyek pembangunan rumah sakit tersebut


C. Contoh Soal CPM/PERT
PERT/CPM
Contoh Soal 1
PT. MIKRO menyusun tim khusus untuk mengerjakan suatuproyek, diketahui kegiatan-kegiatan
yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :
N o . Kegiatan Kegiatan Sebelumnya Waktu – Dalam Hari
1 . A - 0
2 . B A 2 0
3 . C B 3 0
4 . D B 6 0
5 . E C 4 0
6 . F C 4 0
7 . G D 2 0
8 . H E , F 5 0
9 . I F , G 6 0

CPM

BAB II
PEMBAHASAN

A.        CPM ( Critical Path Method )
            1. Pengertian CPM
            T. Hani Handoko (1993 : 401) mengemukakan bahwa CPM adalah suatu metode yang dirancang untuk mengoptimalkan biaya proyek dimana dapat ditentukan kapan pertukaran biaya dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek dengan biaya seminimal mungkin.
CPM adalah suatumetode perencanaan dan pengendalian proyek-proyek yang merupakan sistem yang paling banyak digunakan diantara semua sistem yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jadi CPM merupakan fasilitas analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan.
Teknik penyusunan jaringan kerja yang terdapat pada CPM, sama dengan yang digunakan pada PERT. Perbedaan yang terlihat adalah bahwa PERT menggunakan activity oriented, sedangkan dalam CPM menggunakan event oriented. Pada activity orientedanak panah menunjukkan activity atau pekerjaan dengan beberapa keterangan aktivitasnya, sedang event oriented pada peristiwalah yang merupakan pokok perhatian dari suatu aktivitas.
B.        PERT ( Program Evaluation Review Technique )
            1. Pengertian PERT
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasikan bagian-bagian pekerjaan yang ada di dalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evaluation Review Techniqueadalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur program misil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada waktu bersamaan dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM atau Critical Path Method. PERT pada awalnya didesain untuk industri yang menghasilkan produk tidak standar dan mengalami perubahan teknologi yang cepat sekali, seperti industri pertahanan dan ruang angkasa, sehingga masalah ketidakpastian dalam penyelesaian. (Siswanto, 2007) analisis jaringan kegiatan, dan peristiwa atau disingkat analisis jaringan kerja adalah istilah umum yang meliputi berbagai metode perencanaan proyek diantaranya, yang paling terkenal adalah PERT dua sistem ini dikembangkan di Amerika Serikat untuk proyek-proyek skala besar dalam bidang pertahanan (E. Jasifi, 1994).
T. Hari Handoko (1993, 401) mengemukakan bahwa PERT adalah suatu metode analisis yang dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-proyek yang kompleks, yang menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara tepat waktu dan biaya.
Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari vaktor atau garis menunjukkan suatu urutan pekerjaan.
Analogi Diagram PERT 2.png
Gambar 1. Analogi Diagram PERT
Dari gambar 1 dapat diamati bahwa setiap arah panah akan menunjukkan suatu urutan pengerjaan. Seperti pekerjaan 1 dilakukan terlebih dahulu (start), kemudian bisa dilanjutkan oleh pekerjaan 2,3,4 setelah itu pekerjaan 5,6. Titik 7 adalah titik finish dimana pekerjaan terakhir dilakukan dan merupakan akhir dari sebuah proyek. Selain menunjukkan suatu urutan pengerjaan, diagram PERT juga menunjukkan suatu keterikatan antar pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan. Keterikatan itu dapat dilihat dengan contoh pekerjaan 2,3,4 hanya dapat dilakukan jka pekerjaan 1 sudah selesai dilakukan.
Sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain disebut juga sebagai pekerjaan paralel (parelel task atau concurrent task). Selain itu terdapat juga sebuah aktivitas yang diwakili oleh garis putus-putus yang disebut dengan dummy activities. Dari sebuah diagram PERT dapat digunakan untuk mengetahui suatu urutan aktivitas kritis atau aktivitas yang harus dilakukan sebagai prioritas utama (critical path), penjadwalan dengan aktivitas lain, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
            2. Langkah-langkah dalam Melakukan Perencanaan dengan PERT
Dalam melakukan perencanaan dengan PERT dibutuhkan beberapa langkah, yaitu :
1.      Mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone)
Sebuah aktivitas adalah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Titik tempuh (milestone) adalah penanda kejadian pada awal dan akhir satu atau lebih aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik tempuh dapat menggunakan suatu tabel agar lebih mudah dalam memahami dan menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi.
2.      Menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan
Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi aktivitas. Dalam menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa yang lebih dalam untuk setiap pekerjaan.
3.      Membuat suatu diagram jaringan (NETWORK diagram)
Setelah mendapatkan urutan pengerjaan suatu pekerjaan maka suatu diagram dapat dibuat. Diagram akan menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan berurutan (serial) atau secara bersamaan (paralel). Pada diagram PERT biasanya suatu pekerjaan dilambangkan dengan simbol lingkaran dan titik tempuh dilambangkan dengan simbol panah.

4.      Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas
Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai misal jam, hari, minggu, bulan dan tahun.
5.      Menetapkan suatu jalur kritis (critical path)
Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya. Dalam setiap urutan pekerjaan terdapat suatu penanda waktu yang dapat membantu dalam menetapkan jalur kritis, yaitu :
Ø  ES – Early Start
Ø  EF – Early Finish
Ø  LS – Latest Start
Ø  LF – Latest Finish
Dengan menggunakan empat komponen penanda waktu tersebut bisa didapatkan suatu jalur kritis sesuai dengan diagram.
6.      Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek
Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan sesuai dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata. Sebuah diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi baru yang belum pernah diketahui sebelumnya.
            3. Karakteristik PERT
Dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat diminimalisasi.
Ciri-ciri jalur kritis adalah :
·      Jalur yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses.
·      Jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
·      Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari jalur kritis


            4. Manfaat PERT
Adapun manfaat dari pelaksanaan PERT ini, antara lain :
1.      Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
2.      Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
3.      Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untuk kelancaran proyek.
4.      Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
5.      Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.
C.        Perbedaan dan Keterbatasn CPM dan PERT
Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut :
1.      PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator.
2.      Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek.
3.      Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.
4.      Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan.

Adapun yang menjadi keterbatas PERT dan CPM adalah :
1.      Kegiatan harus jelas dan hubungan harus bebas dan stabil.
2.      Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama.
3.      Perkiraan waktu cenderung subyektif dan tergantung manajer.
4.      Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur kritis, maka yang nyaris kritis perlu diawasi.

referensi :
Husen, Abrar. Manajemen Proyek. 2011. Yogyakarta : Andi
http://www.netmba.com/operations/project/pert/, akses 2 November 2012

PERT atau CPM


Apa itu CPM – PERT?

PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur program misil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM atau Critical Path Method.

Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan.
analogipert1.jpg

Gambar 1. Analogi diagram PERT
Dari gambar 1 dapat diamati bahwa setiap arah panah akan menunjukan suatu urutan pengerjaan. Seperti pekerjaan 1 dilakukan terlebih dahulu (start), kemudian bisa dilanjutkan oleh pekerjaan 2, 3, 4, setelah itu pekerjaan 5,6. Titik 7 adalah titik finish dimana pekerjaan terakhir dilakukan dan merupakan akhir dari sebuah proyek. Selain menunjukkan suatu urutan pengerjaan diagram PERT juga menunjukan suatu keterikatan antar pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan. Keterikatan itu dapat dilihat dengan contoh pekerjaan 2, 3, 4 hanya dapat dilakukan jika pekerjaan 1 sudah selesai dilakukan.

Sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain disebut juga sebagai pekerjaan pararel (pararel task atau concurrent task). Selain itu terdapat juga sebuah aktivitas yang diwakili oleh garis putus-putus yang disebut dengan dummy activities. Dari sebuah diagram PERT dapat digunakan untuk mengetahui suatu urutan aktivitas kritis atau aktivitas yang harus dilakukan sebagai prioritas utama (criticalpath), penjadwalan dengan aktivitas lain, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN PERENCANAAN DENGAN PERT
Dalam melakukan perencanaan dengan PERT dibutuhkan beberapa langkah, yaitu:
1. Mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone).
Sebuah aktivitas adalah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Titik tempuh (milestone) adalah penanda kejadian pada awal dan akhir satu atau lebih aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik tempuh dapat menggunakan suatu tabel agar lebih mudah dalam memahami dan menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi.
2. Menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan.
Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi aktivitas. Dalam menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa yang lebih dalam untuk setiap pekerjaan.
3. Membuat suatu diagram jaringan (network diagram).
Setelah mendapatkan urutan pengerjaan suatu pekerjaan maka suatu diagram dapat dibuat. Diagram akan menunjukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan berurutan(serial) atau secara bersamaan (pararell). Pada diagram PERT biasanya suatu pekerjaan dilambangkan dengan simbol lingkaran dan titik tempuh dilambangkan dengan simbol panah.
4. Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas.
Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai misal jam, hari, minggu, bulan, dan tahun.
5. Menetapkan suatu jalur kritis (critical path).
Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya. Dalam setiap urutan pekerjaan terdapat suatu penanda waktu yang dapat membantu dalam menetapkan jalur kritis, yaitu :
  • ES – Early Start
  • EF – Early Finish
  • LS – Latest Start
  • LF – Latest Finish
Dengan menggunakan empat komponen penanda waktu tersebut bisa didapatkan suatu jalur kritis sesuai dengan diagram.
6. Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek.
Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan sesuai dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata. Sebuah diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi baru yang belum pernah diketahui sebelumnya.
KARAKTERISTIK PERT
Dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat diminimalisasi.
Ciri-ciri jalur kritis adalah:
  • Jalur yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses.
  • Jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
  • Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari jalur kritis.
KARAKTERISTIK PROYEK
  • Kegiatannya dibatasi oleh waktu; sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan berakhirnya.
  • Dibatasi oleh biaya.
  • Dibatasi oleh kualitas.
  • Biasanya tidak berulang-ulang.
MANFAAT PERT
  1. Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
  2. Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
  3. Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untuk kelancaran proyek.
  4. Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
  5. Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.



sumber : http://ganez.wordpress.com/2007/12/13/diagram-pert/

Friday 7 November 2014

Marketing mix

Marketing Mix yang umum diketahui ada 4 unsur, di mana penelitian terbaru memiliki 9 unsur, namun saya sesuaikan (ringkas) untuk entrepreneur yang pas adalah 7 unsur atau 7P.
Product Marketing
Product Marketing adalah teknik pemasaran dengan menekankan keunggulan atau ciri khas dari produk sehingga produk tersebut bisa dibedakan dari produk yang lainnya. Beberapa contoh penerapan dariproduct marketing ini adalah:
Memberi merk atau brand
Membuat packaging atau kemasan yang lebih menarik dan meyakinkan
Memberikan ketahanan garansi yang bisa dipercaya
Menitikberatkan keunggulan produk/jasa yang tidak ada sebelumnya
Price Marketing
Price Marketing adalah teknik pemasaran dengan menekankan permainan harga yang menbuat orang mendapat persepsi bahwa harga yang dibayarkan setara atau bahkan ‘tidak ada artinya’ dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan. Beberapa contoh penerapannya:
Psychological Pricing: Membuat persepsi harga terlihat lebih murah, contoh menuliskan Rp19.900 ketimbang Rp20.000
Bundling Pricing: Membuat persepsi bahwa harga jadi lebih murah karena mendapatkan tambahan produk atau fitur lain.
Penetration Pricing: Melepas produk dengan harga promosi, lalu jika diminati dinaikkan pelan-pelan
Dan teknik lainnya
Place Marketing
Place Marketing adalah teknik pemasaran dengan memperhatikan penempatan lokasi baik secara onlinemaupun offline agar mudah ditemukan calon customer.
Promotion Marketing
Promotion Marketing adalah teknik pemasaran dengan memberikan penawaran khusus untuk membuat calon konsumen merasa bahwa dia harus segera membeli produk atau jasa karena penawaran yang menguntungkan itu terbatas. Contoh:
Beli 1 gratis 2, hingga tanggal sekian sekian’
Menunjukkan testimonial, lalu menjual produk dengan menyatakan bahwa produknya jumlahnya cuma sedikit.
dan lain sebagainya
4P di atas adalah teknik marketing mix paling umum dan paling dikenal. P yang selanjutnya adalah,
People Marketing
People Marketing adalah teknik pemasaran dengan memanfaatkan kekuatan hubungan dengan pelanggan sehingga menciptakan kenyamanan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. Ini bisa berdampak pada peningkatan loyalitas pelanggan itu sendiri. beberapa contoh yang bisa dilakukan:
Membuat customer service yang responsif dan ramah
Memberikan smile service
Mengingat nama pelanggan dan merayakan hari istimewanya (seperti misalkan ulang tahun)
dan teknik-teknik lainnya…
Physical Evidence Marketing
Physical Evidence Marketing adalah teknik pemasaran dengan menggunakan media-media fisik yang bisa dilihat atau dibaca orang. Beberapa cara yang paling umum adalah dengan membuat brosur, pamflet, poster, kartu nama, memasang billboard, memasang iklan di bus atau angkutan umum, dan lain sebagainya.
Process Marketing
Process Marketing adalah teknik pemasaran dengan menunjukkan bahwa proses yang dilakukan memiliki perbedaan dibandingkan dengan proses lain pada umumnya. Seperti misalkan mengedepankan sertifikasi, good manufacturing practice, green manufacturing, dan lain sebagainya yang dapat membuat orang tertarik membelinya karena ada keunikan proses di dalamnya. Dalam beberapa hal akhir-akhir ini, mulai diberlakukan pemasaran dengan proses charity, di mana dari satu produk yang dibeli akan disumbangkan 1 produk kepada orang tidak mampu. Bisa juga dengan menyatakan bahwa 10-20% dari total keuntungan akan disumbangkan untuk korban bencana alam.