Publisher ID: pub-5956747228423723 Publisher ID: pub-5956747228423723

Sunday 16 November 2014

Account receivable

Oleh:LIE DHARMA PUTRA — JUN 19, 2008
Account Receivable is amounts owed to the
company for services performed or products sold
but not yet paid for. A receivable is
accomplished by a simple accounting
transaction, yes it is, but the process of
maintaining and collecting payments on the
accounts receivable subsidiary account balances
can be a full time proposition, It depends on the
business scale and number of customers that
provided with credit. Account receivable could be
un-collectible, thus need an appropriate
treatment.
Advertisement
Bagaimana menggolongkan Piutang (Account
Receivable)?, Bagaimana accounting treatment
atas receivable (piutang)? apa saja masalah
(issue) yang biasa timbul di dalam piutang?
Bagaimana melakukan control (pengendalian)
atas piutang? Bagimana jika piutang sulit
ditagih? Akan dibahas di posting ini dan serie-
nya.
Di dunia perdagangan khususnya (bisnis secara
luas) yang begitu competitive dewasa ini, rasanya
penjualan dengan credit sudah menjadi
keharusan. Jika tidak, mungkin pelanggan
(terlebih-lebih) calon pelanggan akan memilih
membeli dari competitor (pesaing) kita.
Menyediakan fasilitas credit kepada customer
sudah merupakan keharusan. Trend penjualan
dengan cara credit (pembayaran di masa yang
akan datang) menimbulkan beberapa issue
(masalah) baik dalam operasional maupun
administrative-nya (pencatatan).
Yang menjadi concern kita di accounting tentu
sisi adminstratif-nya ( perlakuannya). Mulai dari
cara menentukan besarnya piutang ( measuring),
pengakuan ( recognizing), pengelompokan
( classifying ) dan pelporannya ( reporting/
disclosure ).
Sedangkan bagi mereka yang berada di bagian
keuangan ( financial) atau yang mengendalikan
kedua-duanya, maka penentuan a syncronized
credit policy with sales force , sekaligus
meminimalisasi piutang tak tertagih ( bad debt )
adalah tugas utama yang hanya akan terlaksana
dengan baik jika didukung oleh administrasi yang
akurat dan tepat waktu.
Kita akan mulai bahas topic ini satu
persatu…..mudah-mudahan saya berkesempatan
(bisa atur schedule) agar bisa mempostingnya
secara lengkap mulai dari administrative-nya
( accounting treatment ), credit policy, account
receivable control (pengendalian piutang), hingga
how to deal with bad debitor , bagaimana
menghadapi penghutang yang susah ditagih,
dengan mengedepankan professionalisme yang
akan tetap menjaga citra perusahaan di waktu
yang sama.
Saya akan mulai dengan “how to classify
receivables ” bagaimana mengklasifikasikan
piutang (yang pada prakteknya menurut saya
masih rada simpang siur).
Receivable Classification (Pengelompokan
Piutang)
Sering kita mengalami keraguan dalam
mengelompokkan piutang. Banyak istilah yang
terkadang tumpang tindih dan cenderung tidak
beraturan, terutama di perusahaan-perusahaan
baru yang system-nya belum tersusun dengan
baik. Bisa dimengerti, karena usaha kecil
(terlebih-lebih yang baru merintis) sudah pasti
mengarahkan semua focus dan sumberdayanya
untuk business development, sedangkan sisi
administrative masih di perioritas setelahnya,
karena keterbatasan sumberdaya manusianya
(sebagai konsekwensi dari capital yang kecil juga
tentunya).
Sering kita melihat neraca yang mengandung dua
jenis piutang: Piutang Dagang dan Piutang Usaha.
Apa beda antara kedua jenis piutang ini? Apakah
pengelompokan ini sudah baik?
Kadang ada juga yang melaporkan adanya unsur
Piutang Wesel (Notes Receivable) di Neraca.
Jenis piutang apa itu? Apa bedanya dengan jenis
piutang yang lainnya?
Tidak jarang juga kita menemukan laporan
keuangan (dalam hal ini Neraca/balance sheet)
yang tidak membedakan jenis-jenis piutang ini
secara terpisah, melainkan disebutkan menjadi
satu saja yaitu: Account Receivable (AR) atau
Piutang saja. Mengapa?

No comments:

Post a Comment