Publisher ID: pub-5956747228423723 Publisher ID: pub-5956747228423723

Saturday, 7 April 2012

kisah abu nawas

Suatu hari Abu Nawas singgah di rumah kenalannya, seorang Yahudi. Di sana sedang berlangsung permainan musik. Banyak yang menonton, sehingga suasananya meriah. Semua tamu yang datang terlibat dalam per¬mainan itu, termasuk Abu Nawas yang baru saja ma-suk. Ada yang main kecapi, ada yang menari-nari. Se¬mua bersuka ria. Demikian asyiknya permainan itu sampai menguras tenaga, karena makan waktu cukup lama.
Dan ketika para tamu sudah kehausan, tuan rumah mengedarkan kopi kepada hadirin. Masing-masing mendapat secangkir kopi. Ketika Abu Nawas hendak menghirup kopi itu, ia ditampar oleh si Yahudi. Namun, karena larut dalam kegembiraan, hal itu tidak ia hiraukan dan diangkatnya lagi cangkirnya. Tapi, lagi-lagi ia ditampar. Ternyata tamparan yang diterima Abu Nawas malam itu cukup banyak sampai acara selesai sekitar pukul dua dinihari.



Di jalan, barulah terpikir olehnya. "Jahat benar perangai orang Yahudi itu. Main tampar aja. Minumnya seperti binatang. Kelakuan sepertl itu tak boleh dibiarkan berlangsung di Baghdad. Tapi apa dayaku hendak me rangnya? Ah, ada satu akal"

Esok harinya Abu Nawas menghadap Khalifah Harun Ar Rasyid di Istana, “Tuanku, ternyata di negri Tuanku ini ada suatu permainan yang belum pernah hamba kenal, Sangat Aneh”
“Dimana Tempatnya?” tanya baginda Khalifag
"Di tepi hutan sana jawab Abu Nawas.
"Mari kita lihat," ajak Baginda.
"Baik," jawab Abu Nawas. "Nantl malam kita pergi berdua saja, dan Tuanku memakai pakaian santri."
Tapi ingat," kata Baginda, "Kamu jangan mempermainkan aku seperti dulu lagi."
Setelah salat Isya, berangkatlah Baginda ke rumah Yahudi itu diiringi Abu Nawas. Ketika sampai di sana kebetulan si Yahudi sedang asyik bermain musik bersama teman-taman-nya. Maka Baginda pun dipersilakan duduk. Ketika diminta menari, Baginda menoiak, sehingga ia dipaksa dan ditampar pipinya kiri-kanan.
Sampai di situ Baginda baru sadar, ia telah dipermainkan Abu Nawas. Tapi apa daya, ia tidak mampu melawan orang sebanyak itu. Maka menarilah Baginda sampai peluh membasahi badannya yang gemuk itu. Sesudah itu barulah diedarkan kopi kepada semua tamu. Melihat hal itu Abu Nawas keluar dari ruangan dengan alasan akan kencing. Padahal ia langsung pulang.
"Biar Baginda merasakan sendiri peristiwa itu karena salahnya sendiri tidak pernah menegtahui keadaan rakyatnya dan hanya percaya kepada laporan para menteri," pikir Abu Nawas.
Tatkala hendak mengangkat cangkir kopi ke mulutnya, Baginda ditampar oleh Yahudi itu, Ketika ia hendak mengangkat lagi cangkir dengan piringnya, ia pun kena tampar lagi. Baginda diam saja. Kemudlan dilihatnya yahudi itu minum seperti binatang: menghirup tambil katawa-kaiawa.

“Apa Boleh Buat” pikir baginda” Aku seorang diri tidak mungkin melawan Yahudi sebanyak inl." Larut malam baginda pulang ke Istana berjalan kaki seorang diri dengan hati yang amat dongkol, ia merasa dipermainkan oleh Abu Nawas dan dipermalukan di depan orang banyak. "Alangkah kasihan diriku,* gumamnya.

Pagi harinya, begitu bangun tidur, Khalifah Harun Al Rasyid memerintahkan se¬orang pelayan Istana untuk memanggil Abu Nawas.
"Hai Abu Nawas, baik sekali perbuatanmu malam tadi. Teria kasih. Kamu masukkan aku ke rumah Yahudi itu dan kamu tinggal aku seorang diri, sementara aku dipermalukan seperti itu," kata Baginda.
"Mohon ampun ya Ba¬ginda," jawab Abu Nawas. "Malam sebelumnya hamba telah mendapat periakuan seperti itu. Apabila hal itu hamba laporkan secara jujur, pasti Baginda tidak akan percaya. Maka hamba bawa Baginda ke sana agar mengetahui dengan mata kepala sendiri perilaku rakyat yang tidak senonoh seperti itu." Baginda tidak dapat membantah ucapan Abu Nawas. Lalu disuruhnya beberapa pengawal memanggil si Yahudi.
"Hai Yahudi, apa sebab kamu menampar aku tadi malam," Baginda bertanya dengan sengit. "Dari mana kamu memperoleh cara minum seperti hewan?"
"Ya Tuanku Syah Alam...” Jawab si Yahudi, “Sesungguhnya hamba tak tahu itu Baginda,
sekiranya hamba tahu masa hamba berani berbuat seperti itu? Sebab itu hamba mohon ampun yang sebesar besarnya hamba berani berbuat seperti itu? Sebab ttu hamba mohon ampun yang sebesar-besarnya."
"Sekarang terimalah pembafasanku; kata Baginda. Yahudi itu dimasukkan ke dalam penjara. Dan sejak itu diharamkan orang bermain serta minum seperti binatang Mereka yang melanggar larangan itu dihukum Berat.

Sumber: Al Kisah

No comments:

Post a Comment