Publisher ID: pub-5956747228423723 Publisher ID: pub-5956747228423723

Thursday 26 February 2015

Merger, konsolidasi, akuisisi

Merger, Konsolidasi, Akuisisi;
Contoh Perusahaan yang
melakukannya; Contoh Kasus,
Cara Menghitung Efektifitas dari
Merger Konsolidasi Akuisisi
Mengapa Melakukan Merger, Konsolidasi, atau
Akuisisi?? Sebelum kita berbicara lebih banyak
tentang Merger, Konsolidasi, Akuisisi...serta
contoh kasusnya, Kita pahami dulu salah satu
sebab mengapa perusahaan melakukan salah
satu dari Merger, Konsolidasi, atau Akuisisi?? Ini
merupakan pertanyaan yang mesti kita pecahkan
dalam memahami ketiganya. Perusahaan
melakukan satu diantara ketiga hal tersebut
karena:
Memang Sudah Jenuh dengan
kondisi sebelumnya
Adanya keinginan untuk lebih
punya capability dalam
persaingan
Karena perusahaan sedang
menghadapi Financial
Distress dan mengupayakan
adanya Legal Bankruptcy
Untuk menjelaskan tentang alasan kenapa
perusahaan melakukan salah satu di antara
ketiga hal, maka berbicara masalah Merger,
Konsolidasi, Akuisisi... adalah berbicara tentang
hubungan antara 2 perusahaan atau lebih.
Ibaratkan perusahaan itu seperti diri anda.. di
saat anda ingin menjalin hubungan dengan orang
lain alasanya kenapa?? Mungkin alasan anda
akan seperti ini:
Jenuh dengan kondisi
sebelumnya (saat sendiri)
Adanya keinginan untuk
meningkatkan kemampuan,
karena di dalam kebersamaan
kita lebih kuat (catatan: bagi
kebersamaan yang sehat), di
dalam kebersamaan kita akan
saling mengisi kekurangan satu
sama lain.
Atau anda sedang mengalami
kesulitan, sehingga butuh bekerja
sama untuk memperkuat langkah
kaki menuju ke hari depan. Atau
sebaliknya, di dalam hal ini anda
ingin menolong sahabat anda.
Sama dengan perusahaan,
perusahaan juga bisa diibaratkan
sebagai individu jika dipandang
secara makro, ketika perusahaan
menginginkan bahwa dirinya
ingin bersanding untuk
bekerjasama dengan perusahaan
lain, tentu perusahaan akan
menimbang tentang asas
kemanfaatan. Apa sih
manfaatnya??&nbsp
Dengan siapa?? anda bekerja sama?? itu pun
juga menjadi catatan dalam memilih partner
dalam bekerjasama. Hal itu juga terjadi pada
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi... dengan siapa
mesti melakukan kerjasama?? Pemilihan yang
tepat akan menjadi obat yang manjur bagi kita
untuk mengobati kesendirian, keinginan untuk
meningkatkan kemampuan, atau untuk
mengobati penderitaan.
Sekilas dari Penelitian
Untuk menambah refferensi dari apa yang saya
tulis di atas, kini saya akan memberikan
gambaran tentang penelitian berkaitan dengan
Merger. Dalam sebuah jurnal yang dirilis di
Malaysia... Salah satu usaha untuk
mendapatkan dengan siapa kita bekerjasama..
khusus untuk merger adalah sebagai berikut.
Merger dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
Inter-industri merger
Intra-industry merger.
Motif di balik antar-industri merger
adalah diversifikasi risiko (Morrison dan Floyd,
2000). Di sisi lain, Intra-Industri merger
biasanya didorong oleh keinginan untuk
mencapai skala dan lingkup ekonomi serta
manajerial efisiensi (Gilson dan Roe, 1993)
Inter-industri merger akan memerlukan banyak
subyektif dan obyektif pertimbangan , yang
mungkin memerlukan evaluasi kualitatif dan
kuantitatif Potensi Mitra Merger (Rose, 1999).
Namun, Intra-Industri Merger bisa lebih
mengandalkan pada evaluasi kuantitatif Potensi
Mitra Merger (Grossman dan Hart, 1986). Ini
memang merupakan perhatian utama dari studi
ini, terutama dalam kaitannya dengan merger
bank. Sejauh ini, banyak jurnal yang
mengusulkan untuk memanfaatkan teknik Riset
Operasional untuk membantu proses pemilihan
mitra merger bank (Hamdy, 1992). Selanjutnya
maka kita mungkin akan menemukan jurnal
terkini yang membahas keterkaitan antara
Merger dan Riset Operasional.
Financial Distress Financial Distress
merupakan situasi di mana arus kas operasi
suatu perusahaan tidak cukup untuk menutupi
kontrak obligasi. Ini merupakan gejala-gejala
yang menandai perusahaan sedang sakit. Kapan
perusahaan ini dianggap sakit?? yaitu saat dia
sudah dalam tahap Bankruptcy itulah saat
perusahaan itu mengalami sakit. Jadi Finansial
distress merupakan gejala sakit suatu
perusahaan. Financial Distress merupakan salah
satu alasan perusahaan melakukan Merger,
Konsolidasi, atau merelakan perusahaan untuk
diAkuisisi perusahaan lain.
Pada saat perusahaan mengalami gejala, bahwa
dia terserang sakit, maka kebijakan pun diambil
di antaranya adalah
No Financial Restructuring
(Aset Restructuring) Dengan
melakukan perancangan ulang
pada struktur aset yang dimiliki
perusahaan. Kita telah
mengetahui sebelumnya bahwa
aset itu terdiri dari current asset
dan fixed asset. Dalam kondisi
terjadi finansial distress,
perusahaan mencoba untuk
melakukan pengurangan
terhadap aset yang mereka
miliki, atau dengan kata lain
mengubah struktur asetnya..
baik struktur current asset (aset
lancar) maupun fixed asset (aset
tetapnya)
Kita dapat melihat perubahan
kondisi tersebut dengan melihat
pada rasio perusahaan yang
berkaitan dengan aset, misalkan
cash ratio, current ratio, debt to
Total Asset ratio, dll. Kalau
perusahaan itu mengalami
Finansial Distress dan mencoba
mengobatinya dengan Aset
Restructuring, maka pasti ada
perubahan terhadap rasio yang
berkaitan dengan asetnya.
Financial Restructuring
Sedangkan merestrukturisasi finansial,
perusahaan akan fokus pada kolom passiva (
liability and acquity ). Kalau tadi pada Aset
Restructuring, perusahaan fokus pada aktiva
(asset) maka sekarang perusahaan pada
financial restructuring berfokus pada passiva.
Ketika perusahaan melakukan hal ini, maka akan
terjadi perubahan di dalam balance sheet
berkaitan tentang liabilitas dan ekuitas
perusahaan. Perusahaan mengusahakan hutang,
maka akan berpengaruh pada liabilitas.. dan
ketika perusahaan mengusahakan penjualan
saham, maka akan berpengauh pada ekuitas.
Asset Restructuring:
–Selling major assets.
–Reducing capital spending
Financial Restructuring:
–Issuing new securities.
–Negotiating with banks and other
creditors.
–Exchanging debt for equity.
–Filing for bankruptcy.
Merger, Konsolidasi, Akuisisi
Merger, Konsolidasi, Akuisisi adalah beberapa
macam usaha yang ditempuh oleh perusahaan
dalam rangka menambah capability untuk
berjaya di kancah Persaingan. Perusahaan-
perusahaan yang melakukan di antara ketiga
memiliki alasan untuk me leverage kinerjanya
sehingga perusahaan lebih mempunyai
kecerdasan finansial.
Ancaman bankcrupty juga menjadi salah satu hal
yang semakin meyakinkan perusahaan untuk
melakukan salah satu dari Merger, Konsolidasi,
atau pun Akuisisi.
Perangkat lain Selain MKA.
Perangkat lain selain menggunakan Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi adalah Melakukan
perancangan ulang pada Struktur Modalnya
( Capital Structure ) melalui usaha untuk
mengubah proporsi hutang terhadap
ekuitas; Issuing New Securities (melalui Saham
(Stock); Melakukan Lobiying terhadap bank
untuk membantu menyelesaikan kewajibanya.
Hutang merupakan salah satu
pengungkit yang dapat
menjadikan perusahaan
mendapatkan power booster
yang dapat menjadikan
perusahaan mendapat suntikan
capital untuk perkembangan
usahanya. Perusahaan
melakukan penambahan hutang
hal ini akan masuk pada
kebijakan Struktur Modalnya
karena melibatkan perubahan
pada proporsi hutang terhadap
ekuitas.
Melakukan Lobi khusus bank
untuk membantu menyelesaikan
masalahnya, biasanya ini
dilakukan ketika perusahaan
meminta kepada bank atau
kreditor lain untuk bersedia
memperpanjang kontrak
pengembalian pinjamanya. Ini
masih berkaitan dengan hutang,
tetapi pada hal ini perusahaan
menggunakan usaha untuk
menego waktu pengembalian
diperpanjang, sehingga tidak
mengganggu kondisi keuangan
perusahaan dalam waktu dekat
ini.
Saham merupakan solusi terakhir
Setelah Hutang, perusahaan
menerbitkan saham untuk
menambah perbendaharaan
modal yang ada.. untuk
memperbaiki struktur modalnya.
Mengapa saham merupakan
kondisi/ solusi terakhir setelah
Hutang?? karena risiko dari
menerbitkan saham ke publik,
berarti perusahaan itu sengaja
membuka rahasianya ke publik..
dan ini memiliki risiko jika
rahasia itu diketahui oleh
pesaingnya..
Kembali lagi ke Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi
(M,K,A).. Sebenarnya perusahaan mempunyai
pandangan tersendiri tentang usaha yang
dilakukanya.. nah.. kapan pun dia bisa
melakukan ketika alternatif tersebut selama
sudah memenuhi syarat.. tanpa harus
memperhitungkan untuk hutang atau untuk
menerbitkan saham ke publik. Muatan Politik
pun bisa saja mewarnai keputusan satu diantara
M,K,A. Karena keputusan itu sebenarnya
tergantung dari bagaimana perusahaan bisa
mendefinisikan alternatif tersebut dengan baik
dan mengestimasi benefit yang akan diperoleh.
Untuk mengetahui kenapa perusahaan mau
melakukan salah satu dari ketiga alternatif
tersebut.. mari kita bahas hal tersebut satu per
satu.
Merger
Merger: Penggabungan dua perusahaan yang
ukuranya tidak sama dan hanya satu perusahaan
yang tetap survival. Perusahaan yang besar
tetap survival sedangkan perusahaan yang kecil
melebur ke dalam perusahaan yang besar.
Contohnya:
Bank Niaga (besar), Bank Lippo
Bank Danamon (besar), Bank
Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT
Bank Rama Tbk, PT Bank
Tamara Tbk, PT Bank Nusa
Nasional Tbk, PT Bank Pos
Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad
Salim Internasional
Konsolidasi
Konsolidasi: Penggabungan dua perusahaan atau
lebih yang ukuranya relatif sama nenjadi satu
perusahaan baru. Misal:
Perusahaan A dan Perusahaan B melakukan
konsolidasi maka muncul Perusahaan C sebagai
hasil Konsolidasi. Contohnya: BBD, Bank
Bapindo, Bank Dagang Negara, Bank Exim
melakukan konsolidasi menghasislkan Bank
Mandiri.
Akuisisi
Akuisisi: Penggabungan dua perusahaan yang
mana perusahaan akuisitor membeli sebagian
besar saham perusahaan yang diakuisisi,
sehingga pengendalian manajemen perusahaan
yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan
akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-
masing tetap beroperasi sebagai suatu badan
hukum yang berdiri sendiri.
Pengukuran Keberhasilan
Bagaimana mengukur keberhasilan ketiga cara
tersebut?? Mengukur keberhasilan perusahaan
yang melakukan Merger, Konsolidasi ataupun
Akuisisi adalah setelah perusahaan tersebut
melalui masa-masa setelah keputusan ketiga hal
di atas. Untuk perusahaan yang melakukan
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi bisa melakukan
pengukuran terhadap keberhasilan apa yang
dilakukanya adalah setelah perusahaan
melakukan salah satu diantara ketiga hal itu.
Tetapi kalau belum melakukannya dan
mengukur.. maka hasilnya masih penuh tanda
tanya...karena kenyataan dilapangan setelah
M,K,A bisa saja berbeda.
Dinilai dengan Metode Earning
perusahaan Setelah Merger.
(EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini
merupakan pekerjaan khusus
bagi manajer pemasaran untuk
menghitung perluasan pasar
setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi
Pasarnya.. atau Captal Gain
nya..
Contoh Merger
Contoh Satu: Merger Bank Lippo dan Bank Niaga
Perusahaan yang melakukan Merger adalah
antara Bank Lippo dengan Bank Niaga... pada
tahun 2008. Ingat.. sifat dari merger adalah
penggabungan antara dua perusahaan yang
mana yang satu mempunyai ukuran yang relatif
lebih kecil daripada yang lainya... Antara Bank
Lippo dan Bank Niaga.. Keduanya bergabung
untuk memperkuat posisinya di kancah
persaingan global.
Mereka Menyetujui untuk menggabungkan
perusahaan dengan kriteria Merger. Dari Merger
kali ini Perusahaan yang relative lebih kecil
ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga bank
Lippo merelakan untuk diganti saham yang
beredar dengan saham Bank Niaga... Dengan
demikian dengan harga tertentu yang telah
disepakati mereka berdua.. tiap saham Bank
Lippo dihargai dengan harga tertentu sehingga
mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh
Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo
berganti nama dengan Saham Bank Niaga..
Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini
menyetujui untuk mengubah nama mereka after
merger menjadi Bank CIMB Niaga..
Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali
ini.. yaitu Leverage (Pengungkit) kekuatan kedua
Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang
baru serta more creating value bagi CIMB Niaga.
Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja
mereka after (setelah) Merger, maka kita dapat
menggunakan beberapa metode yang sudah
umum dikalangan manajer perusahaan
Dinilai dengan Metode Earning
perusahaan Setelah Merger.
(EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini
merupakan pekerjaan khusus
bagi manajer pemasaran untuk
menghitung perluasan pasar
setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi
Pasarnya.. atau Economic Gain
nya..
Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger
suatu perusahaan, maka analis keuangan perlu
melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu
bagaimana dengan Merger Bank Lippo, dan Bank
Niaga ???
Metode Earning Per Share
Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan
Sebelum dan Sesudah Merger. Mengapa
mesti melihat Laporan Keuanganya???
Nah.. baik.. saya jelaskan.. laporan
keuangan suatu perusahaan mengandung
banyak informasi tentang perusahaan. Di
dalamnya kita bisa mengukura bagaimana
sebuah perusahaan bisa berkembang dan
bagaimana perusahaan akan mengalami
financial distress (gejala-gejala penyakit
financial).
Nah... maka dari itu.. dalam metode ini
kita mengukurnya dengan Earning Per Share
(Pendapatan Per Lembar Saham). Hal ini
dapat diketahui dengan melihat Earning
dibagi dengan jumhlah lembar saham,
dengan kalimat yang lebih jelas yaitu laba
per lembar saham.
Pada sebuah penelitian mahasiswa
univ.padjadjaran bahwa earnings per share
Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat
sebanyak 0.29842 poin dari Rp13.87444
menjadi Rp14.17289. Artinya tiap lembar
saham meninkat erningnya sebesar
0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar
signifikan secara statistik dengan t hitung
(-0.07) ≤ t tabel (1.761). Hal ini
dimungkinkan karena pertambahan tidak
terlalu banyak dan juga adanya
pertambahan jumlah saham beredar
sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari
konversi saham.
Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga
juga meningkat setelah merger sebanyak
2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi
7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih
besar signifikan secara statistik dengan t
hitung (-0.26) ≤ t tabel (1.761).Hal ini
dimungkinkan karena tidak banyaknya
pertambahan dan harga saham yang
fluktuatif.Debt to equity ratio Bank CIMB
Niaga setelah merger meningkat sebanyak
4.09958 poin dari 28.26778% menjadi
24.16882%. Hal ini berkebalikan dengan
hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah
merger lebih kecil signifikan daripada
sebelum merger.Hasil penelitian ini juga
tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung
(-1.38) ≥ -t tabel (-1.761). Hal ini
dimungkinkan karena adanya pertambahan
hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo
melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah
EPS, capital gain dan DER meningkat
setelah merger
Market SharePada cara penilaian ini
dibutuhkan marketer yang mengukur berapa
market share sebelum dan sesudah merger.
Yaitu cakupan pasarnya apa ada
peningkatan setelah melakukan
penggabungan atau malah mengalami
penurunan.
Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank
Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara
Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos
Nusantara, PT Jayabank International dan PT
Bank Risjad Salim Internasional.
Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan
nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini kemudian
berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia
pada tahun 1976 sampai sekarang. Pada tahun
1988, Danamon menjadi bank devisa dan
setahun kemudian adalah publik yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta.
Dalam membangun dari krisis keuangan Asia
pada tahun 1998, Danamon ditempatkan di
bawah pengawasan Indonesia Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Bank Take
Over (BTO). Pada tahun 1999, Pemerintah
Indonesia, melalui BPPN merekapitalisasi
Danamon dengan Rp 32,2 triliun obligasi
pemerintah. Dalam tahun yang sama (1999) PT
Bank PDFCI, BTO yang lain, digabung dengan
Danamon sebagai bagian dari program
restrukturisasi BPPN.
Sebagai bagian dari paket merger, Danamon
menerima rekapitalisasi kedua dari Pemerintah
melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun.
sebagai surviving entity , Danamon muncul dari
merger sebagai salah satu bank swasta terbesar
di Indonesia.
Metode EPS
EPS Bank Danamon meningkat 29,48 menjadi Rp
38,66 pada tahun 2000. Dengan melihat hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan
meningkatkan laba dari 29,48 menjadi 38,66 per
lembar sahamnya. Hal ini menandai kenaikan
nilai perusahaan.
Laba bersih Bank Danamon pasca merger
melambung tinggi.
Contoh Konsolidasi
BBD (Bank Bumi Daya)
Bank Bapindo
Bank Dagang Negara
Bank Exim
Mereka berempat melakukan konsolidasi dan
berubah menjadi Bank Mandiri. Keempat Bank
tersebut mengalami kesulitan dalam
mengentaskan permasalahan rumah tangga
perusahaanya saat krisis ekonomi melanda
Indonesia. Untuk menghentikan usahanya yang
selama ini mereka bangun pun merupakan hal
yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal
yang dapat dilakukan untuk dapat melakukan
protect terhadap kemungkinan yang terjadi
akibat krisis adalah bersatu padu dengan bank
yang lain dengan melakukan kerjama dalam
bentuk konsolidasi. Kerjasama dalam bentuk
konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok
perusahaan yang mempunyai motif yang sama
dalam meraih kehidupan baru bersama di masa
akan datang.
Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti
berhasil dengan membuahkan Bank Mandiri yang
menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu
Bank Mandiri.
Contoh Akuisisi
Contoh satu: Semen Padang yang diakuisisi oleh
Semen Gresik .
Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan
pembelian terhadap sebagian besar Saham
Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki
kekuasaan terhadap manajemen perusahaan
Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan
masih bediri sendiri-sendiri..
Contoh dua: PT. HM Sampoerna yang diakusisi
oleh Philip Morris
Sampoerna tetap melakukan kegiatan
operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di
Surabaya.. dan PM pun juga seperti itu. Tetapi
Manajemen perusahaan Sampoerna dikendalikan
oleh PM sebagai konsekuensi dari akuisisi yang
dilakukan. PM mengganti Saham yang beredar
Sampoerna dengan suatu harga dan
menggantinya dengan saham PM.

No comments:

Post a Comment