DEPRESIASI
Depresiasi atau penyusutan modal adalah suatu
komponen yang penting dalam analisis ekonomi teknik,
terutama dalam analisis yang berkaitan dengan pajak
dan pengaruh inflasi ( after tax and inflation analysis ).
Secara umum depresiasi dapat didefinisikan sebagai
berkurangnya nilai suatu asset (yang dapat berupa
mesin-mesin, bangunan gedung dll) sesuai dengan
waktu. Depresiasi secara umum dapat digolongkan dalam
2 kelompok, yaitu:
1. Depresiasi yang disebabkan antara lain mesin-
mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan
semakin tua sehingga kemanpuannya berkurang
( physical degradation ).
2. Depresiasi yang disebabkan antara lain karena
semakin majunya perkembangan teknologi,
sehingga diperlukan mesin-mesin atau peralatan-
peralatan baru yang lebih efisien dan ekonomis
daripada yang dipakai sekarang atau karena
adanya perubahan demand di masya r akat baik
dari segi kualitas maupun kuantitas sehingga
diperlukan tambahan mesin-mesin dan peralatan-
peralatan baru ( functional depreciation).
Untuk memahami konsep depresiasi bukanlah suatu hal
yang mudah, karena disini memuat 2 pengertian yang
harus dipertimbangakan. Yang pertama, yaitu depresiasi
nilai asset yang sebanarnya sesuai dengan waktu dan
yang kedua (yang penting dalam ekonomi teknik) yaitu
bagaimana mengalokasikan depresiasi ( accounting
depreciation ) nilai asset tersebut.
Dalam mengalokasikan depresiasi nilai asset ada 2 hal
yang dipertimbangkan yaitu:
- Untuk menjamin bahwa asset yang
diinvestasikan dapat diperoleh kembali selama umur
ekonomisnya:
- Untuk menjamin bahwa asset yang.
diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi,
sehingga berkaitan dengan pajak.
Untuk menghitung depresiasi, ada 3 komponen utama
yang digunakan, yaitu : nilai asset (P), umur teknis(n),
dan nilai akhir (S). Metode depresiasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Metode yang bertujuan untuk mengalokasikan
depresiasi yang lebih besar pada awal umur teknis
daripada akhir umur teknis. Metode yang
digunakan antara lain: declining balance
depreciation accounting , dan Sum of Years digits
depreciation accounting (SOYD).
2. Metode yang bertujuan untuk mengalokasikan
depresiasi secara merata selama umur teknis.
Metode yang digunakan adalah straight line
depreciation accounting .
3. Metode yang bertujuan untuk mengalokasikan
depresiasi yang lebih besar pada akhir umur
teknis daripada awal umur teknis. Metode yang
digunakan adalah sinking – fund depreciation
accounting .
Straight line depreciation accounting
Besarnya depresiasi pada tahun ke t dengan metode ini
diberikan oleh rumus :
dimana d adalah laju depresiasi.
Contoh 1 :
Misal P = Rp. 10.000.000, S = 1.000.000 dan n = 5 tahun
BV adalah nilai buku pada tahun ke t yang besarnya
adalah BV - Dt, dimana BV = P, dan dapat
dibuktikan bahwa:
DECLINING – BALANCE Depreciation Accounting
Dalam metode ini besarnya depresiasi pada awal-awal
tahun pemakaian lebih besar dari pada akhir tahun
pemakaian. Karena diharapkan misalnya mesin-mesin
yang baru dapat memeberikan produktivitas yang lebih
tinggi pada awal pemakainnya daripada akhir
pemakaiannya. Dalam metode ini, untuk laju depresiasi
tertentu, besarnya depresiasi adalah perkalian laju
depresiasi dengan nilai buku pada periode
bersangkutan.
Contoh 2 :
Lihat kembali contoh 1.
Misal digunakan laju depresiasi 40%.
Konstanta k biasanya adalah 1,25 ; 1,5 ; 2,0. Jika k = 2
seperti contoh 2. disebut double declining balance
depreciation .
Besarnya depresiasi pada tahun ke t adalah :
D = dr (BV )
Dan BV = P (1- dr)
Sum of Years digits (SOYD) depreciation accounting
Metode ini berdasarkan jumlah bilangan tahun, dimana
nilai suatu asset berkurang sebanding dengan unit
tahunnya.
Contoh 3:
Lihat kembali contoh 1.
Jumlah unit tahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Sinking – fund depreciation accounting
Dalam metode ini di andaikan nilai dari asset berkurang
pada saat laju depresiasi bertambah.
Contoh 4:
Lihat kembali contoh 8.1 dan digunakan sinking fund 6
%. Sinking fund depreciation pada tahun :
Pertama : (10.000.000 – 1.000.000) (A/F, 6%, 5)
= 1.596.600
Kedua : 1.596.600 + 0,06 (1.596.600) =
1.692.390
Ketiga : 1.692.390 + 0,06 (1.692.390) =
1.793.940
Keempat : 1.793.940 + 0,06 (1.793.940) =
1.901.580
Kelima : 1.901.580 + 0,06 (1.901.580) =
2.015.670
Secara umum :
Dt = (P-S) (A/F, i%, n) + i (P-S) (A/F, i%, n) (F/A,
i , t-1)
Setelah disederhanakan diperoleh :
D = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1)
BV = P-(P-F) (A/F, i, n) (F/A, i, t)
Contoh Soal :
Suatu investasi pada peralatan seharga Rp. 36.000.000
diharapkan dapat menghemat pengeluaran perusahaan
sebesar Rp. 8.900.000 tiap tahun untuk selama 8 tahun
dan ditaksir nilai akhirnya sama dengan nol pada akhir
tahun ke 8. Dengan menggunakan pajak pendapatan
( income tax rate ) sebesar 48 %, hitung rate of return
investasi tersebut dengan menggunakan kondisi-kondisi
berikut :
1. Sebelum pajak pendapatan ( before income tax).
2. Setelah pajak pendapatan dengan menggunakan
straight line depreciation.
3. Setelah pajak pendapatan dengan SOYD.
4. Setelah pajak pendapatan dengan menggunakan
double rate declining balance depreciation untuk 4
tahun pertama dan 4 tahun berikutnya digunakan
straight line depreciation.
5. Setelah pajak pendapatan dengan SOYD dan ITC
( investuen tax credit) sebesar 10% diterapkan
langsung.
6. Setelah pajak pendapatan dengan mengadaikan
semua investasi dihapuskan untuk tujuan pajak.
7. Setelah pajak pendapatan dengan menggunakan
depresiasi ACRS ( accelerated cost recovery
system), lihat Tabel (apendik) dan ITC sebesar
10 % diterapkan langsung.
8. Setelah pajak pendapatan dengan mengandaikan
investasi dihapuskan sebesar 20 % tiap tahun
untuk 5 tahun dan ITC sebesar 10 % diterapkan
langsung.
9. Setelah pajak pendapatan dengan menggunakan
depresiasi ACRS untuk 5 tahun mulai 1986 dan
ITC sebesar 10 % diterapkan langsung.
Penyelesainnya :
a. Sebelum pajak
NPW = 0 = – 36.000.000 + 8.900.000 (P/A. i %, 8)
Dengan cara interpolasi ( trial and error ) diperoleh i =
18,3 %.
b. D = (P-S)/n = 36.000.000 / 8 = 4.500.000
Dibuat terlebih dahulu aliran kasnya :
NPW = 0 = – 36.000.000 + 6.778.000 (P/A, i %, n)
Dengan interpolasi diperoleh i = 10,2 %.
c. Setelah pajak pendapatan dengan SOYD :
NPW = 0 = – 36.000.000 + 8.468.000 (P/A, i %, 8) –
480.000 (P/G, i %, 8)
Dengan interpolasi diperoleh i = 11,2 %.
d. dr = 2 / n= 0,25
Dihitung terlebih dahulu depresiasinya dengan double
rate declining balance depreciation untuk 4 tahun
pertama.
BV = 36.000.000, D = dr BV = 0,25 (36.000.000) =
9.000.000
BV = P (1 – dr) = 36.000.000 (1 – 0,25) = 27.000.000,
D = dr BV = 0,25 (27.000.000) = 6.750.000
BV = P (1 – dr ) = 36.000.000 (1-0,25) = 20.250.000
d = 0,25 BV = 50.625.500
BV = 36.000.000 (1-0,25) = 15.187.500
D = 0,25 BV = 3.797.000
BV = 36.000.000 (1-0,25) = 11.390.500
BV = merupakan P untuk straight line depretation,
yaitu :
D = (11.390.500 – 0) / 4= 2.848.000, untuk t = 5, 6,
7, 8.
NPW = 0 = – 36.000.000 + 5.995.000 (P/A, i %, 8) +
CFt – 5.995.000) (P/F, i %, t)
Dengan interpolasi diperoleh i = 11,1 %.
e.
ITC = 10 % (36.000.000) = 3.600.000
NPW = 0 = – 32.000.000 + 8.468.000 (P/A, i %, n) –
480.000 (P/G, i %, 8)
Dengan interpolasi diperoleh i = 14,6 %.
f.
g. dari tabel di atas :
Depresiasi pada tahun Pertama = 0,15 (36.000.000) =
5.400.000
Kedua = 0,22 (36.000.000) = 7.920.000
Ketiga = 0,21 (36.000.000) = 7.560.000
Keempat = 0,21 (36.000.000) = 7.560.000
Kelima = 0,21 (36.000.000) = 7.560.000
Dengan interpolasi diperoleh i = 14,7 %
Besarnya depresiasi pada Tahun pertama = 20 %
(36.000.000) = 7.200.000
Tahun kedua = 32 % (36.000.000) = 11.520.000
Tahun ketiga = 24 % (36.000.000) = 8.640.000
Tahun keempat = 16 % (36.000.000) = 5.760.000
Tahun kelima = 8 % (36.000.000) = 2.880.000
Dengan interpolasi diperoleh i = 15,6 %.
5.2 UMUR EKONOMIS
Umur ekonomis adaah depresiasi atau penyusutan dalam
akutansi adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva
tetap (bangunan, alat, komputer, dll) selama umur
perkiraannya. Penerapan depresiasi akan mempengaruhi
laporan keuangan, termasuk penghasilan kena
pajak suatu perusahaan. Metode yang paling mudah dan
paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan
adalah metode penyusutan garis lurus ( straight-line
depreciation ). Tapi selain itu, ada pula metode
penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti
metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka
tahun, dan saldo menurun ganda. Umur ekonomi menurut
kegunaannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Umur ekonomi aset baru
Umur ekonomi aset akan meminimasi ekuivalen biaya
tahunan seragam ( equivalent uniform annual cost –
EUAC) kepemilikan dan pengoperasian aset. Sangat
penting untuk mengetahui umur ekonomi aset baru
(penantang) berdasarkan prinsip bahwa aset baru dan
aset lama harus dibandingkan berdasarkan umur
ekonomi (optimum) mereka.
MENENTUKAN UMUR EKONOMI ASET BARU
(PENANTANG)
Sangat penting mengetahui umur ekonomi, EUAC
minimum dan total biaya tahun demi tahun atau biaya
tambahan untuk aset baru maupun aset lama sehingga
keduanya dapat dibandingkan berdasarka