Publisher ID: pub-5956747228423723 Publisher ID: pub-5956747228423723

Saturday 23 November 2013

Tajwid 2

D. Hukum alif lam ma’rifah
Alif lam ma’rifah adalah dua huruf yang
ditambah pada pangkal atau awal dari kata
yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua
jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan
syamsiah.
- Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti
oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah (ﺀ),
ba’ (ﺏ) , jim (ﺝ), ha’ (ﺡ) , kha’ (ﺥ), ‘ain (ﻉ),
ghain (ﻍ), fa’ (ﻑ) , qaf (ﻕ) , kaf (ﻙ) , mim (ﻡ) ,
wau (ﻭ), ha’ (ﮬ) dan ya’ (ﻱ) . Hukum alif lam
qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-
qamar (ﺮﻤﻘﻟﺍ) yang artinya adalah bulan. Maka
dari itu, cara membaca alif lam ini adalah
dibacakan secara jelas tanpa meleburkan
bacaannya.
- Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh
14 huruf hijaiah seperti: ta’ (ﺕ) , tha’ (ﺙ) , dal
(ﺩ) , dzal (ﺫ) , ra’ (ﺭ) , zai (ﺯ) , sin (ﺱ) , syin (ﺵ) ,
sod (ﺹ) , dhod (ﺽ) , tho (ﻁ), zho (ﻅ), lam (ﻝ)
dan nun (ﻥ) . Nama asy-syamsiah diambil dari
bahasa Arab (ﻪﻴﺴﻤﺸﻟﺍ) yang artinya adalah
matahari. Maka dari itu, cara membaca alif
lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan
kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham (ﻡﺎﻏﺩﺇ) adalah berpadu atau
bercampur antara dua huruf atau
memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang
lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus
dilafazkan dengan cara meleburkan suatu
huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga
jenis idgham:
- Idgham mutamathilain ( ﻡﺎﻏﺩﺇ ﻦﻴﻠﺛﺎﻤﺘﻣ – yang
serupa) ialah pertemuan antara dua huruf
yang sama sifat dan makhrajnya (tempat
keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya.
Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ﺪَﻗ
ْﺍﻮُﻠَﺨَﺩ.
- Idgham mutaqaribain ( ﻡﺎﻏﺩﺇ ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻣ – yang
hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat
dan makhrajnya hampir sama, seperti ba’
bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’
bertemu dzal. Contoh: ْﻢُڪﻘُﻠْﺨَﻧ
- Idgham mutajanisain ( ﻡﺎﻏﺩﺇ ﻦﻴﺴﻧﺎﺠﺘﻣ – yang
sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf
yang sama makhrajnya tetapi tidak sama
sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta
dzal dan zha. Contoh: ﻞُﻗ ﺏَﺭ ﱢ
F. Hukum mad
Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau
melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid
dan ahli bacaan, mad bermakna
memanjangkan suara dengan lanjutan
menurut kedudukan salah satu dari huruf
mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli
dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu
alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah
berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya
bacaan mad diukur dengan menggunakan
harakat.
G. Hukum ra’
Hukum ra’ adalah hukum bagaimana
membunyikan huruf ra’ dalam bacaan.
Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal,
halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan
ditipiskan.
* Bacaan ra’ harus dikasarkan apabila:
1. Setiap ra’ yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺎَﻨﱢﺑَﺭ
2. Setiap ra’ yang berbaris mati atau
berharakat sukun dan huruf sebelumnya
berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﺽْﺭَﻻﺍَﻭ
3. Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya
berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺍْﻮُﻌِﺟْﺭﭐ
4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf
yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’
tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﺪﺎَﺻْﺮِﻣ
* Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٌﻝﺎَﺟِﺭ
2. Setiap ra’ yang sebelumnya terdapat mad
lain
Contoh: ٌﺮْﻴَﺧ
3. Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf
berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak
berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: َﻦﻮَﻋْﺮِﻓ
* Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan
ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang
berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris
bawah dan kemudian berjumpa dengan salah
satu huruf isti’la’.
Contoh: ﻕْﺮِﻓ
Isti’la’ ( ﻼﻌﺘﺳﺍ ﺀ ): terdapat tujuh huruf yaitu
kha’ (ﺥ), sod (ﺹ) , dhad (ﺽ) , tha (ﻁ), qaf (ﻕ) ,
dan zha (ﻅ).
H. Qalqalah
Qalqalah (ﻪﻠﻘﻠﻗ) adalah bacaan pada huruf-
huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan
berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada
lima yaitu qaf (ﻕ), tha (ﻁ), ba’ (ﺏ) , jim (ﺝ),
dan dal (ﺩ) . Qalqalah terbagi menjadi dua
jenis:
- Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu
daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan
baris matinya adalah asli karena harakat
sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ,َﻥﻮُﻌَﻤْﻄَﻴ َﻥﻮُﻋْﺪَﻴ
- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu
daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena
waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini,
qalqalah dilakukan apabila bacaan
diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila
bacaan diteruskan.
Contoh: ,ِﻖَﻟَﻔْﻟﭐ ٍﻖَﻟَﻋ
I. Waqaf (ﻒﻗﻭ)
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau
menahan, manakala dari sudut istilah tajwid
ialah menghentikan bacaan sejenak dengan
memutuskan suara di akhir perkataan untuk
bernapas dengan niat ingin menyambungkan
kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf
yaitu:
- ّﻡﺂﺗ (taamm) – waqaf sempurna – yaitu
mewaqafkan atau memberhentikan pada
suatu bacaan yang dibaca secara sempurna,
tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan
makna dari bacaan karena tidak memiliki
kaitan dengan bacaan atau ayat yang
sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ﻒﺎﻛ (kaaf) – waqaf memadai – yaitu
mewaqafkan atau memberhentikan pada
suatu bacaan secara sempurna, tidak
memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan
makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ﻦﺴﺣ (Hasan) – waqaf baik – yaitu
mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa
mempengaruhi makna atau arti, namun
bacaan tersebut masih berkaitan dengan
bacaan sesudahnya
- ﺢﻴﺒﻗ (Qabiih) – waqaf buruk – yaitu
mewaqafkan atau memberhentikan bacaan
secara tidak sempurna atau memberhentikan
bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus
dihindari karena bacaan yang diwaqafkan
masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan
bacaan yang lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya :
1. Tanda mim ( ـﻣ ) disebut juga dengan
Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat
sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf
Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi
setelah kalimat sempurna dan tidak ada
kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda
mim ( ﻡ ), memiliki kemiripan dengan tanda
tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda
dengan fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ﻁ ) adalah tanda Waqaf Mutlaq
dan haruslah berhenti.
3.tanda jim ( ﺝ ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik
berhenti seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
4. tanda zha ( ﻇ ) bermaksud lebih baik tidak
berhenti
5. tanda sad ( ﺹ ) disebut juga dengan Waqaf
Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik
untuk tidak berhenti namun diperbolehkan
berhenti saat darurat tanpa mengubah makna.
Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad
adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih
diperbolehkan berhenti pada waqaf sad
6. tanda sad-lam-ya’ ( ﮯﻠﺻ ) merupakan
singkatan dari “Al-washl Awlaa” yang
bermakna “wasal atau meneruskan bacaan
adalah lebih baik”, maka dari itu meneruskan
bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih
baik;
7. tanda qaf ( ﻕ ) merupakan singkatan dari
“Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah
dinyatakan boleh berhenti pada wakaf
sebelumnya”, maka dari itu lebih baik
meneruskan bacaan walaupun boleh
diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ﻞﺼ ) merupakan singkatan
dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang
kala boleh diwasalkan”, maka dari itu lebih
baik berhenti walau kadang kala boleh
diwasalkan
9. tanda Qif ( ﻒﻴﻗ ) bermaksud berhenti!
yakni lebih diutamakan untuk berhenti.
Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat
yang biasanya pembaca akan meneruskannya
tanpa berhenti
10. tanda sin ( ﺱ ) atau tanda Saktah ( ﻪﺘﮑﺳ )
menandakan berhenti seketika tanpa
mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca
haruslah berhenti seketika tanpa mengambil
napas baru untuk meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ﻪﻔﻗﻭ ) bermaksud sama
seperti waqaf saktah ( ﻪﺘﮑﺳ ), namun harus
berhenti lebih lama tanpa mengambil napas
12. tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud “Jangan
berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala
pada penghujung maupun pertengahan ayat.
Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka
tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika
berada di penghujung ayat, pembaca tersebut
boleh berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ﻙ ) merupakan singkatan dari
“Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan
kata lain, makna dari waqaf ini serupa
dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14. tanda bertitik tiga ( … …) yang disebut
sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf
Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul
sebanyak dua kali di mana-mana saja dan
cara membacanya adalah harus berhenti di
salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti
pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada
tanda kedua dan sebaliknya.
Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan
tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari
memerlukan waktu pemahaman yang cukup
lama agar fasih dan benar dalam membaca,
melafazkan dan pengucapan harakat
(panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid
lainnya yang harus dipelajari dan dipahami.
Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro
(kitab kecil ).

No comments:

Post a Comment